Sunday 30 December 2012

Nenek Moyangku Seorang Pelaut???


Nenek moyangku seorang pelaut
Gemar mengarung luas samudra
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa...

Demikian salah satu bait lagu anak anak, yang saat aku kecil sering sekali aku nyanyikan bersama teman teman. Terlebih saat kami bermain kapal kapalan. Lagu tersebut otomatis teringat kembali dan ritme lagu yang bersemangat, membuat lagu tersebut menjadi salah satu lagu andalan saat acara tujuh belas agustus.

Petikan lagu tersebut memang sangat sesuai dengan karakter seorang pelaut. Mereka memang begitu pemberani, terlebih pelaut pelaut jaman dahulu. Dengan perahu kayu yang sangat minim teknologi, mereka berlayar melewati samudra yang luas dan ombak perairan samudra yang terkenal ganas dan sukar ditaklukan.

Tapi semua itu tidak menjadi kendala buat mereka. Keadaan seperti itulah yang membuat mereka ditempa dan beradaptasi dan akhirnya mereka bisa memahami karakter alam laut. Karena hanya dengan mengenal dan memahami mereka bisa bersahabat dengan laut.

Teringat saat aku berada diatas kapal dan melihat lautan. Aku bisa membayangkan jika saja para pelaut dan nahkoda kapal tidak mengerti tentang lautan, kapal yang mereka bawa tak akan bisa mencapai daratan. Mereka hanya akan berkeliling keliling dilautan hingga bertahun tahun tanpa mungkin kembali ? Begitu luasnya lautan hingga ketika berada ditengah laut tak ada yang bisa dipandang selain air. Melihat ombak yang terjadi akibat kecepatan angin yang ada, bisa dibayangkan apa yang terjadi dilautan. Dan itu membuatku semakin berpikir betapa hebatnya pelaut atau nelayan atau apapun namanya. Betapa beraninya mereka menghadang ombak dan mengendalikan kapal mereka agar bisa kembali ke daratan dengan selamat.


Ceritaku


Semua canda tawa dan cerita tidak jelasmulah yang akan mengingatkanku akan dirimu.

Menyenangkan mengenalmu dengan semua hal yang ada didirimu dan semuanya menjadi sebuah bagian dalam cerita hidupku. Aku yang tak mengenalmu, entah bagaimana bisa bercerita tentang dirimu terlebih dalam cerita hidupku.

Semua terlihat jelas dalam bagian cerita perjalanan hidupku.
Masih sangat jelas terekam dalam memori otakku semua cerita itu. Dan cerita itu yang akan menjadi saksi bisu...

Sebuah kebisuan yang akan bercerita apa yang tak bisa diceritakan!

Aku yang berusaha menutup rapat bagian luka itu dan mencoba untuk tidak membiarkan ia terbuka kembali. Karena aku sang luka itu!

Dan entah mengapa saat aku menuliskan semuanya ini, air mataku mengalir dengan sendirinya. Mengingat kembali semua kenangan itu, yang sepertinya tak akan terulang kembali. Semua kebaikanmulah yang menyadarkanku, sehingga aku merasakan diriku ada. Aku yang tidak bisa peka dengan beberapa hal, entah mengapa menjadi lebih sensitif.

Aku tak tahu apakah ini?

Tapi satu hal yang pasti aku pahami, terimakasih untuk semua cerita petualanganku. Dirimu yang berani mengajakku melakukan hal hal yang mungkin tak pernah terbayang dalam impianku dan akhirnya menjadi kenyataan.

Semua ketidakjelasan dirimu dan sepertinya ini hanya perasaanku lagi dan lagi...




Apakah ini permenunganku?

 
Hari ini, tiba tiba aku ingin membaca semua cerita diblogku. Dan aku sampai dipermenunganku sendiri...

Padahal tak ada niatku untuk mencoba merenung atau berpikir apapun. Hanya ingin membaca ulang beberapa cerita. Dan aku terhenyak ketika tiba dicerita akhir tahunku, tahun kemarin. Judulnya “perlukah aku merenung akhir tahun?”

Dan saat itu aku memang tak ingin berpikir apa apa. Hanya menulis saja, dan tiba tiba tahun ini aku secara otomatis termenung sendiri.

Terlebih bila mengingat semua hal yang sudah aku terima tahun ini.
Aku yang tak meminta apapun dan tak membuat resolusi apapun tahun kemarin, merasakan banyak hal yang luar biasa tahun ini. Banyak hal hal baru yang aku dapatkan dari semua perjalanan hidupku. Tak ada mimpiku tahun kemarin yang sengaja aku buat, kecuali Ranu Kumbolo dan aku mendapat kenyataan yang aku rasakan sungguh luar biasa.

Sebuah ekspetasi hidup yang melebihi dari apa yang aku harapkan. Bukankah ini semua sebuah anugerah terindah, terlebih cerita petualanganku dan kehidupanku. Semuanya diluar ekspetasiku. Hanya sebuah ungkapan syukur atas apa yang telah aku dapatkan dan rasakan hingga saat ini. Mulai dari cinta yang aku dapatkan dari keluargaku, petualanganku, semua lebih dari cukup. Aku tak berani meminta lebih, semuanya sudah sangat berlebih untuk diriku.

Semoga aku bisa memberikan lebih banyak cinta dan cinta, seperti aku mendapatkan banyak cinta dari orang orang disekitarku dan sang pemilik kehidupan. Terima kasih untuk semuanya..

Aku dan akhir tahunku...

Hari ini, baru saja aku pulang kerja. Rencana awal temanku yang akan menggantikan aku, tapi berhubung dia capek dan aku juga kasihan dengan dirinya. Aku harus melakukan tugasku he he he baru aku meliburkan diri.

Sebenarnya rencana awal aku sudah jauh jauh hari ingin bergabung dengan temanku yuni untuk pergi ke Kerinci. Dan rencana itu sangat matang, sampai satu bulan menjelang hari H. Aku diingatkan satu hal oleh kedua adikku secara tidak langsung tentang utang ucapanku pada ibuku. Sepertinya aku memang harus berpikir dua kali untuk bepergian jauh sampai aku bisa memenuhi utang tersebut. Akhirnya aku memilih trip akhir tahun satu yaitu Krakatau, dengan pertimbangan biaya biar aku bisa menabung mungkin he he he

Dan ternyata,awal tahun aku ada ujian, ini aku ketahui kemudian hari. Ditambah ibuku dan adikku sudah merencanakan pergi ke sebuah kota, karena memang ada acara keluarga. Dan kebetulan ayahku tidak ikut acara dan tinggal disini. Jadi secara tidak langsung aku memang harus menemani ayahku. Kebetulan ayahku tipe orang rumahan, sangat betah tinggal dirumahnya sendiri. Sebetulnya ayahku juga sangat mandiri jadi tidak masalah kalau harus melakukan sesuatu sendiri. Tapi kasihan juga kalau harus sendirian dirumah. Biasanya kami memang kumpul keluarga bila ada waktu libur bersama, tak ada acara apapun sebenarnya hanya berkumpul sambil makan dan nonton dan bercerita aktifitas masing masing saja.

Rasanya ketika kami semakin dewasa, terkadang waktu berkumpul tidak seperti ketika kami masih kecil.Terkadang aktifitas kami masing masing yang berbeda yang membuat hal tersebut, dan orangtua kami sangat paham hal itu. Padahal, kami masih sering berkumpul bila kebetulan hari libur kami pas, terlebih adik adikku. Dan kedua orangtuaku, terutama ayahku sangat senang jika kami semua bisa berkumpul bersama.Dan kami terbiasa dengan hal tersebut. Jadi kalau kebetulan ada yang tidak bisa hadir, biasanya ayahku meminta ibuku untuk memasak saat kami bisa berkumpul bersama. Rutinitas seperti ini yang mungkin hanya hal biasa, tapi buat kami menjadi sebuah kebiasaan yang secara otomatis terprogram dalam pikiran kami.

Kedua orangtua kami terlalu baik, jadi kami tidak tega membiarkan mereka tanpa teman. Adikku bersama ibuku, jadi tugas aku menemani ayahku. Dan akhirnya aku harus melepaskan semua mimpi akhir tahunku diatas gunung, dan memang aku belum pernah tahun baru diatas gunung. Tadinya aku ingin merasakan sensasi itu. Tapi sudahlah, nikmati saja apa yang harus aku nikmati sekarang. Belajar menerimanya dengan “ikhlas”. Yang penting kami bisa membahagiakan kedua orangtua kami dengan apa yang pernah mereka lakukan pada kami. Menemani kami ketika kami kecil.

Jadi sudah kewajiban kami untuk menemani mereka ketika kami  masih memiliki waktu bersama.




Saturday 29 December 2012

Kebahagiaan...?

Kebahagiaan...

Sebuah kata yang begitu sering diucapkan oleh kita semua. Bahkan, ada orang yang sengaja mencari apa itu kebahagiaan?
Berbagai cara dilakukan oleh manusia untuk bisa mendapatkan dan merasakan kebahagiaan itu sendiri. Dan pertanyaannya adalah apa itu kebahagiaan dan dimana?

Karena begitu banyak penafsiran tentang kebahagiaan, setiap orang mempunyai artinya sendiri tentang kebahagiaan. Ada yang merasa bahagia ketika mendapatkan apa yang ia ingini, atau secara tidak langsung cita dan asanya merasa sudah terpenuhi sehingga merasakan sebuah kepuasan. Dan apakah benar kebahagiaan itu memang sebuah kepuasan?

Sekarang pertanyaannya berkembang menjadi puas seperti apa dan bagaimana rasanya?

Hmmm...

Sebuah pertanyaan yang sepertinya agak sulit untuk dijelaskan!
Karena sulit untuk dijelaskan, setiap hati mencoba untuk memahami hal tersebut secara pribadi. Karena ketika ada orang yang mencoba menjelaskan, hanya menambah sebuah kebingungan saja, kalau menurutku. Karena kebahagiaan tak akan bisa dijelaskan oleh nalar, dan logikapun tak akan menyelesaikan pertanyaan itu.

Kebahagiaan hanya bisa dirasakan. Karena itu bagian dari perasaan...

Rasa yang hanya bisa dirasakan tidak untuk dijelaskan, karena memang bagiannya sudah berbeda. Karena sulitnya penjelasan tentang hal ini, banyak orang mencari kebahagiaan hingga berbagai cara dan bahkan mencari dan terus mencari. Ia dicari banyak orang hingga menembus tempat dan ruang. Padahal kalau menurut pendapatku, tak ada ruang kebahagiaan selain apa yang ada didalam diri. Semua ada didalam diri. Lihatlah semua kedalam diri, karena kebahagiaan bersumber dalam diri sendiri. Ia tak pernah jauh dari diri kita seperti pencipta kebahagiaan itu sendiri. Ia ada dalam diri kita sendiri!Karena kita yang membuat kebahagiaan itu sendiri.

Tanyalah semua kepada dirimu sendiri dan dengar apa jawabnya?

Tak usah kau pergi menjauh hanya untuk berbahagia, lihat sekitarku dan apa yang ada didekatku dan dirimu. Karena itulah kebahagiaan sesungguhnya...

Kebahagiaan sejati bukanlah kesemuan atau fatamorgana, ia nyata dan ada. Seperti aku dan dirimu.

Saturday 8 December 2012

Ziarah Batinku...

Ziarah batin...

Mungkin kata ini lebih tepat untuk setiap hati yang mencari pemenuhan. Ada sebuah buku yang aku suka karangan Antonie de mello salah satunya doa sang katak. Buku ini ada dua edisi yang pertama dan kedua, keduanya mempunyai kesamaan metoda yaitu bercerita. Dan aku suka buku buku Antonie De Mello, beliau membuat buku yang sederhana tapi sangat dalam maknanya dan yang membuatku suka dengan karangan beliau adalah tak membuat batasan dalam penulisannya. Sehingga siapapun bisa membacanya tanpa merasa terbatasi oleh sesuatu. Mulai dari Berjalan diatas Awan, Terlahir untuk Mencinta, aku agak lupa judul yang ini dan bukunya juga saat kucari tak ada ditempat bukuku, sepertinya aku lupa meminjamkan pada siapa?Apa dibawa adikku yah?

Saat membaca buku Antonie de Mello membawa kita ke sebuah ruang yang tidak mempunyai batasan dan sekat, beliau bisa membuat cerita dari banyak hal. Walaupun mungkin cerita yang dibuatnya juga berasal dari sebuah cerita yang pernah didengar atau dibacanya, tapi saat membacanya membuat kita sedikit  berpikir walaupun ceritanya hanya cerita rakyat atau apalah. Begitu sederhananya cara menyampaikannya tapi saat membacanya ada makna yang sangat dalam yang tak bisa kita baca mentah mentah. Aku kangen buku bukunya...

Sebenarnya buku hanyalah satu bagian dari cara kita mencoba memenuhi keinginan jiwa yang ingin terpenuhi. Banyak cara lainnya yang akan kita dapatkan, saat kita mencarinya dengan tulus. Hidup memang tak pernah bisa ditebak, memberikan segala sesuatu dengan cara yang tak biasa. Tinggal bagaimana kita bisa menangkap dan memahami semua hal tersebut.

Toh, hidup kita adalah sebuah perjalanan? Sebuah Ziarah Batin yang akan terpenuhi saatnya nanti..
Panjang tidaknya hanya masalah waktu. Sampai kontrak hidup kita terpenuhi, yang menjadi permasalahan adalah setiap hati akan selalu mencari “ sesuatu” dalam diri dan kehidupannya. Karena ketika manusia diciptakan pastinya tak mungkin tanpa alasan?

Secara naluriah manusia akan mencari “dasar penciptaanNya”. Kenapa ia ada disini?tidak disana atau kenapa harus seperti ini dan itu dan banyak lagi yang pastinya membuat pikirannya bertanya dan bertanya dan kencenderungan untuk mencari jawaban. Walaupun terkadang kehidupan tak memberi jawaban langsung atau malah tanpa jawaban.

Terkadang rasa lelah dalam berziarah dalam kehidupan inilah yang membuat manusia jatuh pada titik nadir. Dan saat seperti inilah saat manusia merasa “kosong” merupakan saat yang paling penting untuk mengisinya. Terkadang kita bingung bagaimana mengisi kekosongan itu bukan? Manusia terkadang mencari hal hal yang ia sendiri tidak tahu apa itu. Padahal ketika kita membiarkan kekosongan itu dalam sebuah “kepasrahan”, entah bagaimana sesuatu itu muncul dan sedikit demi sedikit mulai mengisi ruang tadi dengan sendirinya.

Sepertinya ketika kita berusaha mencari dengan segala logika dan keinginan, malah mungkin hal tadi yang menutup pintu hati kita. Tapi ketika kita membiarkan pintu itu terbuka selebar lebarnya dan membiarkan “segala hal” masuk. Secara otomatis pintu hati kita yang akan memfilter dengan sendirinya apa yang pantas mengisi hati kita. Karena kita mempunyai suara hati yang akan menjaga pintu hati kita yang mengalami ziarah batin.

Walau kita orang yang tak pantas atau “jahat” sekalipun, ada suara hati yang pada dasarnya akan selalu memanggil dengan santunnya. Saking santunnya, terkadang tidak terdengar dan nyaris “hilang” padahal sebenarnya ia selalu ada dalam diri setiap manusia. Ia tak pernah menginginkan manusia “hilang”. Memanggilnya dalam “cinta”. Cinta dalam arti yang luas...

Ziarah...

Sebuah perjalanan yang akan membuat kita berjalan dan berjalan entah sampai kapan.Yang mungkin akan membuat kita lelah, tapi yang paling penting adalah saat kita lelah kita mampu terus melangkah walau mungkin harus menyeret langkah kita, tertatih, merangkak dan akhirnya menerima “kemanusiaan” kita.

 Hidup memang sebuah Ziarah Batin yang luar biasa...

Anehkah diriku?

Sebenarnya banyak kebodohan dan mungkin kesleboran yang seringkali aku lakukan. Entah bagaimana kenapa ada saja hal hal aneh yang aku lakukan. Padahal tak ada unsur kesengajaan atau numpang populer. Toh aku tak pernah diekpose oleh media, ketika aku jatuh atau nyasar atau hal hal ngaco lainnya he he he

Setiap aku bercerita dengan adikku tentang hal hal bodoh yang baru saja aku lakukan. Dia hanya berkata, “ emang kapan sih mba kamu pernah gak ngaco?”

OMG...

Mungkin kata itu yang bisa aku teriakkan. Hallo...Separah itukah diriku?

Dalam setiap perjalananku saja, dia sangat hapal keanehan keanehan yang pasti nanti terjadi. Tapi anehnya dia gak kapok jalan bersama diriku kalau aku sedang berbaik hati mengajaknya. Seringnya kan aku pergi gak jelas sendiri entah kemana yang penting jalan aja kalau emang lagi pengen. Dan rasanya aku menyukai diriku dengan segala keanehanku, mungkin aku terlalu menerima diriku sendiri sehingga tak mempermasalahkan itu semua.

Aku malah sering tertawa menertawakan hal hal tersebut. Padahal pada saat kejadian terjadi, malunya bikin muka rasanya dilipat dulu aja deh. Atau urat maluku hilang gitu yah?
Aku ingat banyak orang yang bilang aku aneh, mungkin aku memang aneh tapi terserah orang berkata apa. Atau aku yang terlalu spontan atau memang aku keras kepala? Jadi inget kata kata temanku si Jepang waktu kita turun ke Segara, dia salah satu yang mengangap aku aneh dan berani bilang langsung. Aku mungkin sudah terbiasa dengan stempel itu dan akhirnya mengangap hal tadi sangat biasa. Tak ada yang harus aku permasalahkan dengan itu semua, ketika orang mengatakannya. Yang jelas ada hal hal yang mungkin bisa aku jadikan sebagai bagian introspeksi diriku yang bisa membuat perkembangan jiwaku lebih baik.

Menikmati semua hal yang ada dalam diriku dan menerimanya...




Thursday 6 December 2012

Nyelenehnya Mahameru...

Cerita ini salah satu bagian yang agak sedikit nyeleneh dari pendakianku ke Semeru. Semuanya berawal dari teman pendakian kami yang berasal dari Sidoarjo, yaitu mas Pakeh dan mas jonjot. Saat kami summit menuju puncak Mahameru, aku dan teman teman yang lain kebanyakan menggunakan sepatu. Dan duo Sidoarjo ini hanya menggunakan sendal gunung sejak awal perjalanan menuju Semeru. Sebenarnya ada juga pendaki lain yang biasa menggunakan sendal saat mendaki, ini hanya masalah keamanan dan kenyamanan. Dan terkadang karakter setiap gunung memang punya kekhasan masing masing.

Sepertinya mereka ingin santai menggunakan sendal karena lebih nyaman. Diawal perjalanan menuju Semeru aku juga menggunakan sandal seperti mereka. Aku mulai berganti sepatu saat mulai  menuju Arcopodo hingga puncak Mahameru. Sedangkan duo Sidoarjo masih tetap menggunakan sandal mereka. Dan hal inilah yang nantinya menjadi satu bagian cerita lucu dari Mahameru.

Mas pakeh dan mas jonjot memang selalu setia menemaniku hingga puncak bersama teman temanku yang lainnya. Saat kami mendaki medan pasir Mahameru  kami tetap menjaga jarak agar bisa melihat kondisi satu sama lain. Dan aku mulai tersadar kalau ada sesuatu yang lain pada mereka berdua, berbeda dengan kondisi saat awal perjalanan.

Mas Pakeh sempat bertanya pada kami saat mendaki Mahameru, apakah ada yang membawa kaos kaki cadangan. Kebetulan aku membawa kaos kaki dalam tasku, tapi karena hari masih gelap dan agak sulit untuk memastikan posisi kaos kakiku disebelah mana aku hanya menjawab,” ada ditas.” Tanpa bertanya untuk apa, aku masih terus melanjutkan pendakian itu. Dan saat hari mulai terang aku kembali teringat akan kaos kaki yang tadi ditanyakan. Akupun mulai mencari dimana kaos kaki itu berada. Akhirnya aku menemukannya dan memberikannya pada mas Pakeh, karena aku berpikir tadi yang meminta mas Pakeh.

Aku memang sempat bertanya untuk apa kaos kaki tadi, apakah kakinya sakit? Dan memang betul kaos kaki tadi dipakai untuk melindungi kakinya yang lecet dan terluka akibat gesekan pasir saat menapaki jalur menuju puncak. Aku hanya berpikir kalau kaos kaki itu berarti dipakai mas pakeh saja. Kami semua tidak sadar kalau ada sesuatu yang ganjil pada mas Pakeh dan mas Jonjot. Dan aku tersadar saat kami hendak kembali menuruni puncak Mahameru. Aku melihat kalau kaos kaki yang dipakai mas Pakeh hanya di sebelah kakinya saja dan sebelahnya lagi tidak menggunakan kaos kaki.
Aku pun bertanya, “ kok cuma sebelah mas yang pake kaos kaki, emang kaki yang satunya gak apa apa?”
“ Itu yang satunya lagi di kaki mas Jonjot...” sambil menunjuk sebelah kaki mas jonjot yang menggunakan kaos kaki putih tadi.

Aku tersenyum melihat kelakuan duo sidoarjo tadi.

Rupanya mereka berdua sangat kompak dalam segala hal, hingga masalah luka dan kaos kakipun mereka berbagi. Aku tersenyum geli melihat kondisi tadi. Menggunakan sendal gunung berkaos kaki putih tapi hanya sebelah dan mereka berjalan hampir beriringan. Sebenarnya ingin kuabadikan sebagai kenangan tanda kebersamaan mereka, tapi sayang batereku habis.

Dan kaos kakiku menjadi saksi kekompakan mereka berdua sebagai sesama jenis ha ha ha

Stigma


Stigma......

Hanya terdiri dari 6 buah huruf konsonan dan vokal,tapi merinding mengatakannya.
Bagaimana tidak, ketika “stigma” sudah dimunculkan dan kemudian dilekatkan dan akhirnya menempel pada diri seseorang,akibatnya sungguh diluar nalar.

Semua orang akan melihat dengan “stigma” itu.
Padahal belum tentu apa yang ditempelkan itu 100 % benar.
Tapi itulah manusia,selalu melihat apa yang pertama kali ia lihat dan menimbulkan kesan pada “memori” penyimpanan dalam otaknya.

Dan sulitnya,ketika itu semua sudah terekam,untuk men”delete”nya butuh perubahan program.
Sepertinya “memori” kita begitu kuat menyimpan sesuatu,dan seharusnya kita lebih bijak dalam membuat penilaian atau malah tak perlu menilai apapun.
Tapi apakah bisa seorang manusia untuk tidak melakukan hal tersebut?Bukankah manusia memang lebih mudah dan selalu ingin menilai apapun. Karena semenjak kita lahir dan berkembang kita sudah hidup dalam lingkungan yang selalu berusaha mempunyai nilai nilai tertentu dan akhirnya nilai nilai itulah yang melekat dan berusaha dikenalkan pada kita sehingga akhirnya menjadi sebuah pembenaran.Entah nilai itu sendiri benar atau tidak.