Thursday 31 January 2013

Untukmu Ibu...

Cukup...

Semuanya sudah lebih dari cukup,
Tak ada lagi petualangan petualangan,

Stop...

Tak lihatkah wajah lelah ibumu,
Lelah memikirkan dirimu dan aku,
Memikirkan semua egoisme diri kita,

Ibu...

Maafkan aku, maafkan kenakalanku,
Aku menyayangimu,
Sekarang aku menurutimu,
Terserah apa yang dirimu inginkan dari anak nakalmu ini,
Aku milikmu ibu...

Tak ingin waktuku yang tersisa bersamamu hilang sia sia,
Apa yang kau inginkan dariku ibu sayang?
Aku mendengarkanmu,
Terlalu sering dirimu mendengarkanku dan semua keinginanku,

Sekarang saatnya aku mendengarmu,
Tanpa bicarapun aku sudah mendengar ibu,
Ibuku sayang, aku mencintaimu...


Wednesday 16 January 2013

Asrama Putri No.16....

Jangan berpikir kalau sekumpulan wanita berkumpul,pastilah tingkah laku yang kami lakukan semanis wajah kami. Itu pula yang terjadi pada kami semua. Sekumpulan wanita yang tinggal dalam sebuah asrama putri. Begitu banyak hal yang terjadi diluar pemikiran orang kebanyakan. Kalau kalian berpikir, ketika wanita dikumpulkan semua dalam satu tempat, pasti tempat itu akan seperti surga? Kalau pemikiran seperti itu yang ada, kalian akan kecewa dan salah besar!

Karena kenyataannya tidaklah seperti itu. Kami yang notabene adalah kumpulan wanita yang cantik dan manis malah seringkali melakukan hal hal yang tidak manis. Inilah kenakalan kami para kaum wanita. Jadi tidak hanya kalian para pria yang bisa melakukan kenakalan, karena ketika wanita berkumpul kami bisa lebih nakal daripada kalian...

Tapi mungkin ini semua karena kami tinggal dalam sebuah asrama putri dan seperti biasa, selalu ada aturan dalam sebuah asrama. Begitu pula kami, asrama putri no.16. Itulah alamat asrama putri tercinta kami. Sebuah asrama dengan 10  kamar tidur dengan satu lantai diatas terdiri dari 6 kamar tidur dengan kapasitas berbeda beda mulai dari 12 tempat tidur hingga 24 tempat tidur atas dan bawah dan 4 kamar dilantai bawah dengan kondisi kurang lebih hampir sama dengan diatas, satu ruang makan besar dan satu ruang bertamu sekaligus tempat kami menonton tivi dan belajar bersama sekaligus untuk tempat “kencan” he he he. Dan diasrama inilah kenakalan itu terjadi. Ditambah seorang ibu asrama yang sering kami sebut mami asrama, kebetulan mami asrama saat aku berada disini seorang ibu sekaligus nenek yang berusia sekitar 60  tahun dan terkenal “cerewet”.

Dan disini berlaku aturan secara turun temurun kalau seorang junior wajib menghormati senior. Jadi setiap junior bila melewati kamar dan bertemu senior wajib memberi salam dan bila melanggar siap menerima “konsekuensi”. Dan itulah seni asrama kami saat itu.
Mungkin aku tidak akan bercerita tentang aturan tadi, karena setiap asrama sepertinya hampir seperti itu he he he. Tapi kenakalan kami yang ternyata lebih berkesan dan menjadi kenangan saat bersama tadi.

Ada aturan tertulis dalam asrama kami bahwa kami boleh ijin menginap atau bermalam setiap sabtu malam atau sebulan sekali dan itu harus seijin “tertulis”. Dan aturan pertama ini yang sering kami langgar terlebih ketika kami menjadi senior, untuk junior pastilah hal yang sangat jarang dilakukan. Kemudian jam belajar atau nonton tivi, semua ada waktunya. Mulai jam 5 sore hingga jam 6 kami mendapat ijin keluar asrama dan kenyataannya seringkali hingga larut malam yang penting teman jaga piket asrama bisa di “lobi”. Karena kebanyakan yang datang sore keasrama adalah pacar dan teman yang pasti mengajak kami pergi keluar. Kecuali aku, aku kan anak manis jadi pemerhati saja  

Aku masih sangat ingat kalau jaman kami diasrama terdapat fasilitas telepon umum kartu dan koin, jadi tidak ada fasilitas handphone, hanya pager itu juga orang  tertentu yang memiliki. Dan telepon yang tersedia hanya dua buah, satu kartu dan koin. Dan bila malam minggu, kedua telepon tadi sepertinya pasti menjerit berteriak. Kenapa? Karena penyiksaan pasti akan dilakukan oleh kami sang penghuni asrama. Kalian pasti berpikir apa yang kami lakukan pada kedua telepon tersebut bukan? 
 
Pertama, kami pasti mengantri panjang dan penuh hingga sesak seperti ketika kami akan makan malah terkadang lebih parah. Urutan pertama antrian biasanya senior dan yang membuat telepon itu begitu berharga adalah kami bisa menggunakan fasilitas tadi dengan tidak mengeluarkan uang sepeserpun, kecuali telepon koin. Untuk telepon koin, kami harus bermodal satu koin untuk bisa bertelepon selama mungkin tapi area lokal yah. Mau tau caranya? Kasih tau gak ya??? Kayaknya gak usah juga toh telepon koin sudah sangat jarang ditemukan sekarang jadi gak ada untungnya juga he he he

Untuk telepon kartu, ini yang agak sedikit rumit karena harus pintar memainkan tangan mengutak atik kabel telepon. Rasanya seperti kami pemilik telepon rumah bila seperti ini, jangan dicontoh yah ha ha ha.

Jadi bisa dibayangkan kalau setiap hari senin pasti petugas telkom yang mengunjungi asrama kami pasti menemukan kondisi telepon yang sering rusak. Tapi itu yang sering berulang dan mencari pelakunya pastilah sulit karena pelakunya adalah kami semua, masak kami yang manis dan imut imut harus dilaporkan kepada petugas yang berwajib? Kan sayang sekali mending kami dijadikan teman saja 

Aturan selanjutnya adalah jam 7 malam adalah waktu belajar, jadi tak ada aktifitas selain belajar kecuali malam minggu. Itupun dibatasi malam minggu hanya sampai jam 11 malam selanjutnya bila televisi masih menyala, tugas mami asrama untuk membuat lampu shutt down tiba tiba. Dan hal ini yang paling tidak kami sukai terlebih jika kami sedang ramai ramai menonton acara televisi yang seru dengan pemain yang cute. Aku sih anak manis jadi manis jugalah tingkah lakunya he he he

Jadi biasanya bila lampu sudah dimatikan oleh mami asrama berarti kami bubar jalan, tapi kenyataannya kami sering menyambung kabel televisi dengan kabel panjang yang terhubung dengan kamar tidur yang terdekat, terlebih bila acara televisi sungguh sayang bila dilewatkan.
Apalagi bila musin ujian, pasti acara menonton ditiadakan dan ternyata akal kami lebih cerdik dari sipembuat aturan. Acara belajar bersama terkadang diselingi acara menonton dengan metode sambung kabel dan acara belajar bersama hanya menjadi kedok. Kecuali bila ujian akhir, sepertinya kami benar benar anak manis.

Pernah temanku sunartinah dan aku dan beberapa orang sedang asik menonton, kebetulan kami senior waktu itu, dan jam kami menonton bukan jam menonton dan mami asrama tau kami menonton hingga akhirnya lampu dimatikan dan kami tidak bisa menonton hingga larut malam. Karena kami kesal, sedotan minuman es kami jadikan gembok dengan cara mengikat pada anak kunci gembok yang ada diluar pintu hingga esok pagi pasti mami susah keluar. Kebetulan pintu kamar ibu asrama kami terdapat tempat untuk kunci gembok diluar pintu. Kemudian sendal jepit mami asrama dibuang sebelah oleh si tince entah kemana, ditambah sebelum kami pergi lubang saluran air kamar mandi mami asrama kami tutup dengan papan diselokan luarnya. Karena kami berasumsi kalau esok pagi ketika mami mencuci baju atau mandi, kamar mandinya mampet dan mami pasti mencoba keluar karena berpikir ada yang menyumbat, sedangkan pintu kamar mami kami kunci dengan sedotan dan sendal jepit mami hanya sebelah. Jadi lengkap sudah pemikiran jahat kami, dan esok pagi kami tinggal melihat hasilnya saja. Kami tertawa tawa pelan saat beraksi sambil menaiki tangga asrama agar tidak terdengar.Pembalasan sepihak 

Dan esoknya kami mendengar mami asrama ngomel ngomel tentang sandalnya yang hilang dan huru hura dikamarnya. Dan sepertinya mami tahu kalau itu perbuatan anak anak asramanya, tapi siapa yang bisa dituduh coba? Pelakunya saja tidak merasa bersalah ha ha ha

Itu baru beberapa kenakalan yang kami lakukan, belum termasuk kenakalan senior kami dan pendahulu kami. Setiap angkatan mempunyai ceritanya sendiri. Dan yang paling membuat kami rindu asrama adalah kebersamaan kami selama disana terlebih teman teman satu kamar dan yang lainnya.
 
 Yang masih kuingat adalah saat pertama kami masuk asrama sebagai junior kami pertama diberi wejangan oleh senior ditambah cerita cerita horor kalau ada lelaki yang bisa masuk kedalam dan memperkosa kami nantinya. Jadi diawal pertama masuk asrama kami ketakutan sehingga dikamarku terjadi ronda secara bergantian dengan metode main kartu hingga subuh. Dan yang lebih membuat kita menjadi tampak bodoh adalah kita percaya dengan cerita tersebut dan akhirnya ketika kami hendak tidur, baju tidur kami berlapis lapis dengan asumsi jika terjadi pemerkosaan sang pelaku akan mengalami kesulitan. Itu terjadi diawal kami masuk asrama hingga kami akhirnya lelah ronda sampai subuh dan gerah memakai baju berlapis dan akhirnya tersadar dengan kebodohan kami Namanya anak asrama kan lebih senang memakai baju tidur dengan lapisan baju paling sedikit kalau perlu tanpa pelapis 

Belum lagi ditambah setiap hari senin pagi atau ketika kami semua tidak ada diasrama, ibu pengawas asrama kami yaitu ibu endah  seringkali melakukan “inspeksi” mendadak. Aktifitas beliau adalah koleksi celana dalam kami yang menurut beliau tidak layak pakai plus koleksi piring kotor kami. Dan siap siap sang pemilik yang terkena razia kelimpungan mencari harta benda tersebut. Begitu apiknya beliau dan pedulinya 

Yang sangat membuat aku terharu adalah saat kami mencuci baju. Aktifitas ini membuat aku kangen karena biasanya kami semua berkumpul disebuah tempat dengan bak kapastas besar dan bersama sama mencuci layaknya kami berada ditepi sungai dengan bubuhan gurauan yang pastinya ngaco berat. Belum lagi ditambah beberapa aktifitas beberapa orang yang sekaligus mandi disini, lengkap sudah penuh sesaknya tempat ini.

Ada banyak kejadian yang terjadi disini, yang membuatku selalu tertawa bila mengingatnya adalah “insiden molto”. Kebetulan terjadi dikamarku, seorang temanku waktu itu memang selesai mencuci dan hendak menjemur. Sebenarnya sudah ada larangan tertulis untuk tidak menjemur dikoridor kamar tapi kami sering langgar, karena alasan tempat menjemur penuh dan sering pakaian kami lenyap tak ada jejak. Dan kebetulan meja dikamar tempat kami meletakkan minuman sedang tidak rapih, biasanya juga begitu kok. Dan entah siapa yang menaruh molto dalam sebuah gelas atau botol aku agak lupa, tiba tiba temanku ini karena lelah mencuci seketika menenggak gelas cairan yang berisi molto. Bisa dibayangkan mulut temanku wanginya seperti apa, sepertinya tak perlu lagi memakai mouthwash. Untung saja ia cepat tersadar dengan rasa dan tidak berlanjut. Kebetulan moltonya sudah dilarutkan, jadi tidak pekat. Lia...lia...kami semua tertawa dan sang korban juga tertawa terlebih saat ia bicara ada sedikit gelembung busa.

Rasanya ingin aku tuangkan semua cerita itu dalam sebuah cerpen tapi butuh waktu dan pastinya cerita sangat menyenangkan yang tak akan pernah terulang. Ini hanya sebagian kecil kenakalan kami didalam asrama. Belum kalau kami sedang tidur dan tingkah centil khas anak asrama putri lainnya. Ah...lucunya kenangan itu, so sweet, unforgetable moment.








Wednesday 2 January 2013

Tanpa Judul 2...

Larut…
Berkali kali aku larut!
Terhempas!
Kali inipun aku kembali terhempas.

Mencoba untuk kembali ketepian,tapi lagi-lagi…?
Aku hanya tetap berada ditengah-tengah.
Kulihat sekelilingku,gelap hanya gelap yang kutahu.

Aku takut...

Kucoba mencari tepi dengan sisa tenagaku
Tapi lagi-lagi aku hanyut tak jua kuraih tepian!
Mencoba teriak?
Percuma…!
Tak ada yang mendengar...

Aku menangis,takut…..
Aku takut...

Aku tak boleh menyerah!
Aku kembali mencoba
Mencoba dan terus mencoba,tapi….percuma!
Sia-sia…..aku hanya lelah dan lelah.

Semakin kucoba, semakin habis tenagaku!
Biarkan,biarkan saja...
Biarkan aku larut dengan semua ini
Dan akhirnya membawaku ketepian.
( Larut....2007)


Cerita Tanpa Judul...

Pagi ini mentari hati tak terlihat menampakkan keanggunannya. Tak tahu apa yang terjadi padanya hari ini? Setiap pancaran kehangatannya kami rasakan  begitu menyentuh kedalam ujung kulit kami yang memang gelap terlihat. Terkadang ego pikiran sering berkata, “ tak mau kah mentari berbagi tugasnya pada yang lain kalau memang ia lelah, toh kamipun bisa melakukan apa yang ia lakukan!”. Kami merasa dirugikan kalau satu hari kami tidak merasakan sinar yang seharusnya ia pancarkan pada kehidupan ini. Kaki melangkah terus seiring sinar yang masih belum bisa terpancar sampai kedalam perut bumi. Terus dan terus langkah kehidupan ini terpaksa dilakukan menyusuri jalanan setapak yang menjadi tidak jelas karena sinar itu tidak ada.

”Benar –benar merepotkan,” gerutu hati kecil! Langkah kaki kehidupan ini begitu terasa melelahkan juga ternyata tanpa sinar sang mentari.
”Kemana gerangan ia hari ini?”ego pikiran kembali berkata. Akhirnya langkah kehidupan ini berhenti sejenak karena sahabat kecilku lelah melihat jalanan kehidupan yang tampak remang dihadapannya. ”Beristirahat sejenak mungkin akan meringankan tugas indera mata,”kata indera mulut.”
Aku tak bisa melihat dengan baik dimana tempat bokong dan kaki bisa menyangga punggung dengan nyaman,bisik indera mata pada ego pikiran.

” Hmm….,”ego hanya terdengar seperti mengumam daripada berpikir. Akhirnya kakek kayu jati  yang menjadi sandaran punggung dan hamparan  hijau nona rumput yang masih terasa basah terselubung titik-titik air yang mengalasi bokong untuk berbagi kelelahan dengan sang bumi.
” Hai,sahabat…,”terdengar suara kakek yang bijak sepertinya. Dengan anggunnya kepala menoleh kearah sumber bunyi   tersebut. ”Apa gerangan yang tampaknya begitu merisaukan engkau sahabat,”tanya kakek dengan begitu lembutnya. Sesaat tak ada kata yang terucap dari indera mulut atas pertanyaan tersebut. Dibiarkannya suara itu melintas bersama desiran lembut angin yang menyertainya. Diam dan hanya sebuah kebisuan yang mungkin kakek kayu jati bisa dapatkan dari pertanyaan itu. Kakek itu hanya menampakkan senyuman tuanya melihat hal itu, tak sedikitpun tampak raut kekecewaan atas sikap indera mulut. Ah..,sungguh cermin kebijakan yang bisa terlihat dari gerak geriknya itu.

Kembali anak angin berhembus melewati indera mulut dan hanya diam yang bisa terdengar! Ego pikiran mencoba ingin tahu apa yang sedang dilakukan oleh indera mulut,karena memang tidak seperti biasanya ia seperti ini. Mencoba semakin ingin tahu apa yang terjadi adalah ciri khas Ego! Terus dan terus berpikir,sampai akhirnya indera mulut mengucapkan sesuatu, sepertinya gumaman yang bisa terdengar oleh daun telinga.”Hmm……,”memang sebuah gumaman daripada kata-kata. ”Coba kakek pikir apa yang beda dengan hari ini?”lanjut indera mulut . Kakek kayu jati tua tidak segera menjawabnya,ia hanya menggoyang sebagian tubuhnya kekanan dan kekiri mengikuti keinginan anak angin yang sedikit nakal. Dan akhirnya kakekpun mencubit pipi anak angin dengan sedikit keras, sehingga anak angin menangis dan menjadi tidak terarah meghembus desirannya. Kakek mencoba merayu anak angin  yang suaranya semakin membuat sang kehidupan bingung. ”Cup,cup,cup……,” kata sang kakek terdengar sedikit tertawa daripada merayu sambil melakukan gerakan, akhirnya anak angin perlahan tapi pasti mulai tenang.

Kakek kayu jati berpaling pada indera mulut yang tadi berkata sambil sedikit menopang dagunya seperti berpikir mungkin? Ego pikiran kembali berpikir, mencoba tahu apa yang sedang dipikirkan kakek tua itu . Kakek kayu jati terus bergerak dan sedikit-sedikit menggaruk rambutnya yang entahlah memang gatal atau tidak. ”Ayolah kakek,masak seorang bijak seperti engkau tak tahu apa yang beda pada hari ini,” rengek indera mulut tak sabar melihat sang kakek hanya terlihat menggerak-gerakkan badannya.

Dan anak angin pun kembali melewati mereka dan terasa kesejukan bersamanya. Yah walaupun ia yang termuda diantara mereka tapi aura kesejukan selalu menyertainya apapun keadaan sang kehidupan. Ego pikiran berkata,”aku tahu apa yang hendak kakek lakukan.” Perkataannya tadi membuat semua terkaget-kaget,seperti biasa ia memang selalu merasa paling tahu akan segalanya melebihi sang kehidupan dan kakek kayu jati sekalipun.”Baiklah apa yang kau tahu?,” sahut kakek kayu jati dengan tenangnya sambil terus menggerakkan tubuh rentanya.”Emmm…..,”ego tertahan sebentar saat akan melanjutkan jawabannya. 
Indera mulutpun akhirnya tak sabar menunggu jawaban ego pikiran. ”Kalau kau memang tahu apa yang hendak kakek lakukan cepat katakan ego,” dengan sedikit nada tinggi indera mulut berkata. Sang kehidupan seperti biasa hanya terdiam dan melihat. Ego pikiran dengan pakaian keangkuhannya mencoba menunjukkan pada indera mulut tentang pengetahuannya. ”Aku tahu,aku benar-benar tahu kok,” bantah ego pikiran, seakan ia ingin indera mulut yakin padanya. Indera mulut semakin tak sabar pada apa yang akan Ego lakukan, ia melirik pada daun telinga agar mendengar dengan seksama apa yang nantinya Ego katakan sampai hati kecilpun mencoba ia libatkan.

“Cepatlah katakan kalau memang engkau benar-benar tahu ego, sehingga aku tak perlu menunggu jawaban kakek,” perintah indera mulut pada ego.
Ego yang telah memakai pakaian keangkuhannya semakin merasa jengah pada apa yang saudaranya lakukan. Kakek kayu jati tua hanya tersenyum melihat apa yang terjadi diantara mereka, ya ia hanya tersenyum ditemani sang kehidupan yang lebih banyak diam tanpa ekspresi apapun dari wajahnya! 
Hanya anak angin yang terus bergerak bebas diantara mereka semua melakukan apa yang ia mau lakukan tanpa takut apa yang akan terjadi pada dirinya. Ia hendak berlari atau hanya melangkah tak ada seorangpun yang berani protes padanya walaupun ia hanya seorang anak kecil,sampai sang kehidupan pun tak pernah menghukumnya atas apa yang ia lakukan. Begitu percayanya sang kehidupan padanya karena memang ia anak kecil yang sangat dapat diandalkan. Ia bisa memberikan kesejukan saat kehidupan membutuhkannya dan dengan sekejap pun ia bisa membuat sang kehidupan menujukkan kekuasaannya pada saat keadaan meremehkan kebaikan hatinya.

”Kakek pasti tidak akan menjawab pertanyaan bodohmu mulut,” dengan yakinnya ego pikiran mengeluarkan sebuah jawaban. Indera mulutpun dengan sedikit jengkel bertanya,”bagaimana mungkin engkau sungguh yakin kalau kakek akan melakukan hal itu?”.”Aku tahu pasti apa yang akan kakek lakukan karena itu kelebihanku,”sahut ego dengan keyakinannya. ”Tak percaya,tanyakan lagi saja pada kakek kayu jati,”lanjutnya dengan lebih meyakinkan. Indera mulut sesaat terdiam dan anak angin terus saja bergerak bebas diantara mereka seakan tidak peduli apa yang tengah terjadi. ”Kakek,benarkah engkau tidak akan menjawab pertanyaanku,”tanya indera mulut dengan sedikit keraguan. Kakek kayu jati memang terdiam tak menjawab,dan ego pikiran terlihat menyunggingkan sebuah senyuman kemenangan menunjukkan bahwa ia memang tahu segalanya!Kakekpun tetap diam seakan membenarkan apa yang ego katakan dan membuat indera mulut tidak mengeluarkan kata-kata lagi. Diam dan memang diam sang kakek terlihat ,tanpa sedikitpun menggerakkan badannya seperti biasanya.

Pakaian keangkuhan egopun berganti menjadi pakaian kekuasaan laksana raja segala raja.
Tiba-tiba kakek menggerakkan badannya dan membuat daun telinga sedikit kaget karena biasanya kakek bergerak bila ia akan berkata-kata.”Kakek bergerak..”serunya membuat yang lainnya pun terperanjat melihat gerakan kakek.”Satu,dua,tiga,….” ego mencoba menghitung. Sampai hitungan kesepuluhpun kakek hanya menggerakkan badannya terus dan terus. 
Ketika semua menunggu apa yang akan kakek lakukan, tiba-tiba sang kehidupan mengeluarkan sebuah suara yang tak pernah didengar oleh semuanya sejak dahulu mungkin hanya kakek kayu jati tua saja yang tahu kata-kata dari sang kehidupan. Daun telinga begitu perhatiannya seakan tak mau sedikitpun melewatkan keadaan yang sangat-sangat jarang terjadi ini. Sang kehidupan berkata,”aku, aku yang membuat sang mentari tertidur karena saatnya ia tidur panjang, Dan kemudian tubuh kakek kayu jati tiba-tiba memeluk sang bumi sambil tersenyum pada sang kehidupan dan melambai pada yang lainnya. Ego pikiran mencoba kembali mencari tahu apa yang terjadi tapi kali ini ia diam dan diam.

                                                                                              ( J uli,2006...    11.30 )




Tanpa Judul 1...

Rasa?
Perasaankah...

Kata-kata yang tak pernah bisa aku mengerti
Kucoba mencari dalam kumpulan kata-katapun,tak kudapatkan.
Padahal begitu banyak kata-kata yang ada didalamnya tersimpan.

Mengapa begitu sulit aku mendapat arti dari kata-kata itu
Kemana lagi aku harus mencari dan bertanya pikirku
Akhirnya aku memberanikan diri bertanya pada guru hatiku.

Apa yang sedang kau cari tanya guru hatiku lembut?
Dengan tersipu malu aku mencoba merangkai kata demi kata.

Emm…mengapa saya tak pernah bisa mengerti apa itu rasa,guru?

Dengan senyum bijaknya ia hanya tersenyum dan terdiam.
Jangan pernah kau coba mengerti tapi rasakan saja pintanya!
Rasakan….?
Aku kembali bertanya,dan ia hanya tersenyum...


(Aku....2007)