Sunday 31 January 2021

Healing...

Sering kali aku merasakan luka-luka yang aku miliki adalah sebuah kekuatan dan penyembuh yang sebenarnya. Tapi dengan catatan bahwa luka itu sendiri sudah mengalami tahap penyembuhan. Karena ketika luka itu masih ada secara tidak langsung akan ada hal-hal yg dirasakan masih terasa.Sama halnya dengan luka luar, luka yang ada di dalam diri juga berproses,jadi bohong kl seseorang pernah mengalami sesuatu yg membuat trauma terus dia bilang dengan cepat bahwa saya sudah baik-baik saja. Luka itu sembuh dengan caranya,karena tidak mungkin cara menyembuhkan sama dengan luka luar. Setiap orang mengalami penyembuhan hanya dengan memaafkan, apapun bentuk luka batinnya. Aku seorang yang pernah mengalami pelecehan seksual ketika kecil tapi tidak berimbas yang luar biasa karena pelecehan ini tidak membuat saya mengalami satu bentuk kekerasan fisik. Dan entah hal ini menjadi bentuk ketakutan saya tapi saya sudah berdamai dengan kondisi tersebut dan kondisi luka lainnya. Dan itu yang malah menjadi kekuatan lain dari diri saya ketika menemukan kasus serupa dengan diri saya. Karena saat ini saya baik2 saja dan ini benar baik adanya.

Saya jadi teringat kejadian hari minggu yang lalu dan ini terjadi pada adik saya sendiri. Entah bagaimana ceritanya dia sore itu keluar kamar sambil mengatakan, " mba....ak dighosting si H." Sambil menangis dan memeluka saya tiba-tiba. Saya yang sedang mengerjakan tugas, agak kaget karena jujur saya tidak paham kata2 "ghosting". Saya bertanya tentang apa itu ghosting dan dia menjelaskan sambil menangis dan sempat saya bingung walau sy paham pada akhirnya. Dan kondisi ini sempat membuat rasa sedih dan mungkin trauma jika tidak diselesaikan dengan baik. Maksud selesai dengan baik adalah bukan dengan orang tersebut. Karena yang membuat luka itu ada adalah bagaimana cara orang memperlakukan orang lain yg mungkin tidak sesuai atau seharusnya. Saya hanya berkata pada adik saya pada saat itu," kamu bisa memaafkan dia??." Dan dia mengangguk dan menjawab," bisa...". Sambil saya memberi penjelasan pada dia apa yg pernah saya rasakan dengan kasus lainnya, dan bagaimana saya belajar melakukan healing pada diri saya sendiri. Saya hanya bilang menangislah semalam ini dan esok semua akan baik-baik saja. Kami sempat berdiskusi beberapa hal tentang kondisi saat itu sampai tengah malam ha...xx karena pada kondisi awal terluka akan ada tahapan penolakan dan pembenaran, itu hal yang sangat lumrah terjadi dan begitu manusiawi yg dilakukan adik saya. Dan saya menjelaskan sesuatu juga bukan berasal dari sesuatu yg tidak saya rasakan, tetapi apa yang saya rasakan. Jadi kondisi terluka begitu saya pahami. Saat itu saya begitu mudah mengatakan karena memang saya sudah melewati kondisi itu dan ketika memaafkan dan menerima kondisi adalah hal yang menyembuhkan luka itu perlahan-lahan.

Banyak orang yang masih menyimpan dendam atau membiarkan luka itu semakin membesar dengan terus mengingat rasa sakitnya. Melepas semuanya, perasaan yang muncul akibat luka tersebut dan menerima semua perasaan terluka itu dengan setulus hati kita. Dan menjadikan luka itu kekuatan kita adalah satu hal terbaik yang bisa kita lakukan.Karena begitu luka itu sembuh kita bisa menjadi healer bagi orang lain. Karena bukan orang lain yang menyembuhkan semua luka-luka kita tapi diri kita sendirilah yang merupakan healer terbaik. Dan ketika anda menyembuhkan diri sendiri secara tidak langsung anda menjadi penyembuh buat orang lainnya. Percayalah menyembuhkan itu mudah dan tidak sulit ketika anda denial atau menolak itu manusiawi dan juga sebuah proses. Dan sebuah kesadaran untuk healing adalah kunci utamanya. Tapi jangan berharap ketika anda sembuh dari luka yang satu tidak akan ada luka lainnya. Karena luka yang baik adalah luka yang memberi kekuatan. Dan kekuatan muncul dari kelemahan dan kerapuhan,entah benar atau tidak saat ini keyakinan saya seperti itu. Jadi jangan pernah takut dengan luka, walau kadang kita takut menerimanya. Healing yourself to being a healer to another else.

Tuesday 5 January 2021

Budaya...

Terkadang bicara apa adanya tidak selalu bisa diterima orang kebanyakan dengan baik. Terlebih dengan budaya ketimuran yang bahasa mencerminkan kesantunan seseorang. Dan menurutku bicara apa adanya berbeda dengan kesantunan. Bukan berarti orang yg berbicara apa adanya tidak santun, yang menjadi kendala adalah bahwasanya apakah orang bisa menerima apa yg dikatakan apa adanya tersebut. 

Orang seringkali mempunyai ekspetasi atau harapan tentang sesuatu. Dan ketika tidak sesuai, ini yg akhirnya membuat orang sedih atau kecewa dan secara budaya ketimuran membuat orang lain bersedih karena perbuatan kita bs jd melanggar kesantunan, entahlah....

Batasan kesantunan adalah norma subyektif menurutku, karena terkait perasaan. Tidaklah mudah menilai hal subyektif karena terlalu luas dan bisa berbeda satu dengan lainnya. Dan ini berlaku selama ada orang yg mengakuinya.

Adat istiadat juga sebuah budaya yg memang ada karena orang masih mengakui keberadaannya. Kadangkala budaya dibuat utk membuat manusia beradat, dalam arti ada batasan atau standar yg mengatur benar dan salah. Karena akan membuat orang bingung dan bisa tak terkendali perilakunya. Jadi memang ada hal yg memang dibutuhkan oleh manusia utk membuat perilaku manusia terkontrol.

Hmmm....