Sunday 16 June 2019

Kodrat Manusiakah???

Terkadang ada beberapa karakter manusia yang merasa tahu tentang apa yang terbaik buat orang lain. Orang seperti itu tidak pernah puas sampai tujuan atau keinginan orang tersebut tercapai. Bahkan mereka terkadang memaksakan dengan berbagai cara sampai apa yang menjadi tujuan mereka terpenuhi atau terpuaskan. Orang-orang seperti ini seringkali tidak berani bertanggung jawab langsung akan apa yg telah mereka perbuat entah disengaja atau tidak disengaja. Mereka selalu berusaha mencari kambing hitam untuk sebuah hal yang sebenarnya mereka yang memunculkannya. Agak aneh memang tapi seperti itulah karakter beberapa manusia dan pastinya ini ada latar belakang atau sebab akibatnya, tak ada sesuatu yang muncul tiba-tiba.

Aku orang yang jika bertemu orang seperti ini berusaha untuk tidak masuk kedalam lingkaran keinginan mereka, karena beruntung aku terbiasa bertemu dengan banyak orang sehingga bisa mengenal karakter orang seperti ini. Aku belajar membaca karakter walau belum tentu apa yang aku lihat adalah benar kenyataan sesungguhnya, karena mengenal orang butuh waktu yang tidak bs dihitung dengan jari, tapi butuh insting, kepekaan, bahkan mungkin rasionalisasi. Tidak bisa disimpulkan langsung seperti matematis atau rumus jika berhubungan dengan sifat dan karakter manusia karena semuanya tidak bisa dihitung.

Apa maksud sebenarnya pun hanya orang tersebut yang tahu...

Ketika tanpa sadar manusia satu berusaha melakukan intervensi dengan manusia lainnya. Apakah ini kodrat manusia???

Sunday 9 June 2019

Waktu...

Seringkali manusia bercerita tentang berbagai hal mulai dari bagaimana mengawali masa kecilnya hingga dewasa bahkan jika hal tersebut sebuah kesuksesan atau pengalaman yg membahagiakan bisa jadi memori otak kita menyimpan semua hal tersebut dengan baik,sehingga dikemudian hari jika daya ingat seseorang tersebut kuat,orang tersebut dapat menceritakan ulang semua pengalaman tersebut. Demikian halnya manusia berpikir dan mengolah pikirannya.

Banyak hal yang disimpan dalam memori otak kita bergantung dengan kapasitas penyimpanan kita masing-masing, kalau aku mengumpamakan memori otak kita selayaknya memori komputer. Banyak program yg mungkin sudah terinput sejak kita kecil hingga sekarang dan tersimpan dalam memori otak kita sesuai kemampuan. Dan semua hal tersebut yang membuat kita manusia bisa menjalani kehidupan kita seperti apa yg kita inginkan, tanpa itu semua bagaimana kita bisa berlaku sebagai manusia?

Bukankah kebiasaan kita terbentuk dari pengulangan hal yang dilakukan setiap hari, semisal aku terbiasa bangun pagi jam 5 atau jam 6, hal tersebut akan berulang kemudian karena setiap hari aku menciptakan pola tersebut di memori otak dan tersimpan. Jadi tubuh sudah merespon hal tersebut dan akan menjadi kebiasaan bangun pada jam tersebut kecuali aku merubah atau mereset ulang hal tersebut sesuai dengan apa yang aku inginkan, betapa cerdasnya sistem memori manusia bukan??

Ketika kita mengetahui bahwa semua hal bisa tersimpan dan semua akan menjadi kenangan karena semua sudah terjadi. Dan seringkali manusia senang mengulang kenangan tersebut terlebih bila kenangan tersebut, sebuah kenangan indah atau kenangan baik bahkan kita begitu senang menceritakan ulang hingga beberapa kali. Tapi pertanyaannya adalah ketika semua itu masa lalu, apa manfaat kita menceritakan atau mengingat kembali??? Untuk menjadikan hal tersebut bagian dari sejarah hidup kita sebagai manusia??Aku bukan orang yg ingin melupakan masa lalu, aku orang yang sangat mudah mengingat sesuatu jika hal tersebut memang perlu diingat atau tanpa sengaja memberi arti atau bermakna. Entah bermakna baik atau sebaliknya. Tapi ada kalanya masa lalu tidak selalu bermakna bagi kehidupan kita saat ini,walaupun tanpa masa lalu kita tak akan melalui saat ini.

Karena waktu hanyalah sebuah hal yang diciptakan manusia untuk mempermudah kita untuk menentukan sesuatu, seperti pagi, siang,sore bahkan malam. Bisa jadi kalau dahulu orang menentukan kalau pagi itu malam atau bahkan sebaliknya sejak awal, mungkin kita tidak akan mengenal istilah pagi seperti waktu sekarang, demikian sebaliknya.

Waktu menjadi demikian pentingnya untuk manusia ketika waktu menjadi panduan manusia menentukan apa dan bagaimana kehidupannya akan berlanjut. Kalau kita tidak pernah menentukan esok itu dimulai dari kapan hingga kapan, sepertinya kita tak akan mengenal hari ini,kemarin,dan bahkan lusa...

Jadi buatku masa lalu adalah ketika 1 detik yang lalu semua hal terjadi dalam hidupku, dan 1 detik kemudian akan menjadi masa depanku dan kapan aku memiliki saat ini??? Masa kini adalah waktu yang sekarang aku miliki tanpa bisa dihitung, ya saat ini saja titik...tanpa koma ha..xxx

Karena percuma kita berkutat dengan kapan istilah yang kita sebut masa lalu,masa kini,dan masa datang. Karena yang paling penting adalah saat kita bisa memiliki saat ini, sepertinya waktu itulah yang berharga daripada masa lalu dan mungkin masa depan yang tidak pernah kita bisa ketahui dengan pasti. Menciptakan kebahagiaan kita sendiri disaat ini, bukan masa lalu atau pula masa yg akan datang.

Ketika anda memahami semua hal dengan pemahaman yang bisa kita pahami sendiri, sepertinya lebih mudah buat kita untuk bisa menjalani apa yang harus kita jalani, bukan kata orang atau definisi orang tentang istilah dan sebagainya. Tidak juga untuk diperdebatkan karena semua hal bukanlah sebuah kebenaran mutlak, yang ada hanyalah kebenaran untuk tetap bisa menjalani kehidupan dengan sebaik baik kehidupan kita.

Tak ada masa lalu yang harus mengontrol kehidupan kita atau bahkan mengikat kita sehingga kita hanya merasakan sebuah kenangan saja. Bukan pula masa depan yang tak kita ketahui dengan pasti akan kita jalani seperti apa, kecuali kita dikaruniai bisa melihat kehidupan selanjutnya....

Semua akan selalu menjadi misteri untuk membuat kita selalu punya harapan walau terkadang semua hanyalah semu belaka.

Yang bisa kita lakukan adalah memiliki waktu saat ini dan nikmati serta berikan apa yg bisa kita berikan saat ini, sehingga tak ada penyesalan kemudian ha....xx

Ruang Pribadi...

Setiap manusia selalu mempunyai ruang tersendiri yang tidak ingin dimasuki oleh siapapun,kecuali dirinya sendiri. Ruang itu begitu personal sehingga terkadang untuk yg terlalu sensitif, ruang itu bila tersentuh terkadang memberi reaksi, entah menjadi tidak suka atau reaksi lainnya. Setiap orang akan berbeda satu dengan yang lainnya untuk menentukan ruang personalnya atau ruang pribadinya. Ada orang yg tidak suka jika chat pribadi diketahui orang lain even yang terdekat sekalipun, ada orang yang tidak ingin diketahui tentang apa yg dikerjakannya atau bagaimana keluarganya, atau bagaimana kehidupannya. Banyak hal yang selalu bisa menjadi ruang pribadi setiap manusia. Dan pertanyaannya adalah ketika ruang pribadi begitu personalnya, dan suatu hal yang menjadi hak setiap manusia untuk dimiliki oleh dirinya sendiri, apakah pantas jika ada orang lain yang ingin mengetahuinya tanpa ijin dari pemiliknya???

Buatku ruang pribadi itu harus tetap mendapat ijin dari pemiliknya, untuk bisa mengakses rasa ingin tahu orang lain. Aku bukan orang yang kepo tentang sesuatu bila bukan orang tersebut yang menceritakannya langsung padaku, dan aku bukan orang yang akan bertanya jika bukan orang tersebut yang bercerita, walaupun aku mengetahui sesuatu tanpa sengaja. Buat aku ketika orang belum bercerita tentang ruang pribadinya pasti ada alasannya, karena aku pun kemungkinan akan melakukan hal yang sama.

Entah untuk apa sebenarnya ruang pribadi itu, sepertinya itu suatu hal yang membuat orang merasa dihargai saja. Ketika orang lain tidak masuk terlalu dalam, mungkin orang tersebut masih memiliki ruang yang hanya dia saja yang bisa mengerti. Berarti terkadang ketidakmengertian dibutuhkan untuk personalisasi???

Aku selalu berusaha menjaga dan mencoba menghargai ruang pribadi diriku dan orang lain, sampai orang tersebut yang membuka sendiri kunci ruang pribadinya dan membiarkan orang - orang tertentu yang memasukinya. Sepertinya setiap orang hanya ingin merasakan sebuah kenyamanan...

Dan pertanyaannya adalah kenyamanan itu seperti apa???

Menjadi seseorang yang bisa dipercaya adalah kewajiban dan memiliki ruang pribadi bisa jadi sebuah kepastian atau mungkin sebuah kemungkinan??? Tinggal bagaimana kita selalu menjadi diri kita sendiri...

Tuesday 4 June 2019

Danau Toba


Danau Toba...

Satu tempat yang menjadi salah satu target pencapaianku untuk bisa sampai ditempat ini selain Tambora. Dan ini adalah perjalanan yang diimpikan tapi tidak terprediksi. Karena perjalanan bersamaan dengan penikahan temanku di Medan. Perjalananku dimulai dari tanah karo sekitar pukul 10 pagi waktu setempat, dan ini memakan waktu sekitar 5-6 jam hingga aku tiba di tepi danau toba. Melewati daerah Seribu Dolok yang indah dan mampir ke air terjun si Gura Gura yang terkenal dan melelahkan menuruni anak tangganya yang mencapai ratusan sepertinya dan cukup buatku melihat hal tersebut.
Pasar tradisional salah satu tempat yang pasti aku sambangi ketika mampir ke setiap daerah yang aku datangi, entah untuk membeli makanan khas seperti terong belanda atau sekedar mengetahui apa yang ada dan bagaimana situasi pasar tradisional tersebut, cukup membuat aku puas melihat hal tersebut.

Perjalanan dilanjutkan menuju daerah Siantar menggunakan mobil sejenis elf yang merupakan transportasi masyarakat daerah tersebut sekitar 2 jam lebih untuk bisa mencapai pertigaan siantar, untuk bisa melanjutkan ke Danau Toba. Setelah melewati daerah pegunungan didaerah kabupaten Karo dan Brastagi, disini lebih banyak persawahan yang terlihat begitu dominan.

Ternyata ketika sampai dipertigaan siantar yang dimaksud untuk bisa lanjut ke Danau Toba masih harus ditempuh sekitar 2 jam lagi dengan pilihan transportasi bus atau travel. Dan ternyata travel disini adalah mobil omprengan yang harus menunggu sampai penumpangnya penuh,hmmm....

Didaerah ini lumayan menyeramkan untuk seorang gadis jawa yang tidak tahu seperti apa kondisi disini, tapi sekali lagi aku mengandalkan kata hati tentang apa yang akan kujalani. Rasa takut selalu ada menyertaiku karena hal tersebut yang akan menjadi satu - satunya hal yang mengingatkan kondisi apa adanya aku. Akhirnya aku memutuskan untuk naik bus yang bisa mengantarkanku menuju danau toba kalau tidak salah nama bus “ Sejahtera” yang menurut temanku satu - satunya bus yang bisa sampai di Danau Toba dan untungnya bus tadi masih bisa aku tumpangi. Dan perjalanan dalam bus selama kurang lebih 2 jam membuat aku mengenal bahwa dimanapun kita berada, sang penjaga hati selalu membantu kita saat kita membutuhkannya. Karena saat itu yang duduk disebelahku seorang wanita juga, aku memberanikan diri untuk mengajaknya berbicara. Aku bertanya tentang danau Toba dan wanita tadi bertanya ulang padaku apakah sudah memiliki penginapan untuk bermalam disana?? 

Dan aku akhirnya menjawab pertanyaannya bahwa aku belum mempunyai tempat bermalam. “ kakak belum punya tempat penginapan? “ sempat terdengar heran dari kata-katanya. Karena saat itu sudah menunjukkan sekitar jam 5 sore waktu setempat dan sudah pasti gelap akan segera tiba. Tiba-tiba mbak ini memberikan aku alamat tempat penginapan yang sepertinya ia ketahui. “Coba kaka datangi tempat ini dan harganya lumayan terjangkau kok, semoga masih ada kamar kosong ya,” sahutnya.
Aku yang sedikit kaget mengungkapkan rasa terima kasihku atas kebaikan hatinya yang tanpa aku minta ia memberikan apa yang aku butuhkan saat itu. Dan sekali lagi semesta membantu apa yang aku yang aku jalani. Dan setelah aku pamit turun lebih dulu dan segera mencari alamat yang tadi sudah diberikan orang yang baik hati tadi, karena semua serba cepat aku tak sempat bertanya siapa namanya. Ya sudahlah anggap saja bahwa semua hal tersebut adalah campur tangan semesta yang membantuku dengan berbagai cara. Karena diawal perjalanan sebelum aku sampai ke danau Toba ketika aku masih dibandara hingga ke tempat awal pernikahan temanku, aku dibantu banyak orang yang tak aku kenal mulai dari angkutan kota aku bertemu seorang ibu dan bapak  yang memberi aku penjelasan untuk nanti turun dimana untuk bisa sampai ke tempat awal temanku, mereka menganggap aku seperti anaknya dan memastikan aku sampai dengan selamat dengan menitipkan aku pada supir angkutan kota tadi. Luar biasa untukku mendapat bantuan seperti tadi, datang seorang diri tanpa tahu daerah yang aku tuju, hanya sebuah keyakinan dan niat baik aku datang ke tempat ini untuk melihat pernikahan teman kerjaku, dan banyak pertolongan yang dapatkan hingga akhirnya aku bisa sampai disalah satu tujuan pencapaianku. Danau Toba, melihat langsung seperti apa dan melihat semua sejarah awal terbentuknya peradaban manusia salah satunya. Bagaimana sebuah kehidupan dimulai dari sebuah cerita panjang. Melihat semua yang aku pernah baca tentang letusan gunung purba yang mungkin mengawali terbentuknya kehidupan selanjutnya, yang membuat aku selalu belajar untuk menghormati kehidupan.

Dan akhirnya aku bisa melihat secara langsung Danau Toba bukan hanya historisnya saja. Semakin membuat aku tak paham apa-apa, dan semua hanya mengajarkan untuk selalu bisa berterimakasih untuk setiap hal yang aku terima dan bisa membagikannya walau hanya dalam bentuk cerita.


Jalu...


“Kamu mau pelihara puffy?,” tanya temanku beberapa hari yang lalu.

Akupun langsung menjawab,”gak ah....”

“Emang kenapa?,”lanjut temanku sedikit penasaran.
“Males aja...lagian aku takut anjing,”sahutku kemudian.
“Eh...lucu tau,gak bakal di gigit kok kalau kita pelihara,”temanku berusaha meyakinkanku.
Dan aku pun tetap dengan pendirianku untuk berkata”tidak”.
Memang lucu sih,aku juga pernah lihat temanku bermain main dengan anak anjingnya.Cuma rasanya kalau harus memelihara dan merawat mereka,aku gak tau sanggup gak.
Aku hanya berpikir merawat mereka sama halnya dengan memiliki “anak”.Harus punya perhatian khusus dan waktu untuk bersama mereka.Sedangkan aku masih lebih senang bepergian dan aku kan kurang sensitif.

Nanti kalau aku lagi “cuek” dan menginginkan diriku sendiri,kasihan kan mereka hanya kubiarkan bermain sendirian.
Pastinya mereka tidak hanya sekedar dipelihara,diberi makan,atau diberi tempat.
Mereka juga walau seekor binatang,pastinya butuh lebih dari sekedar “dipelihara”.

Aku pernah punya pengalaman yang mengenaskan dengan binatang.Ayahku senang dengan binatang peliharaan mulai dari “monyet” pernah dipeliharanya,kalau gak salah inget namany si jalu,dulu ayahku dapat dari kalimantan,katanya sih dikasih.Karena waktu itu kami masih kecil, jadi senang saja waktu si jalu datang.Memang sih hanya monyet biasa jenis kelaminnya laki laki,katanya usianya sekitar 1 tahun jadi masih kecil dan lucu.Oleh ayahku,si jalu diikat dibawah pohon jambu  yang ada dirumah kami.Karena kami tinggal di kompleks perumahan waktu itu,jadi banyak anak anak lain yang juga senang melihat tingkah si jalu.Rupanya si jalu senang jadi pusat perhatian,semakin banyak yang melihat dan mengganggunya semakin aneh saja tingkah polahnya.Ayahku pun membuatkan rumah kayu untuk si jalu,masih di pohon jambu itu.Jadi si jalu lebih mudah masuk kedalam rumahnya.

Untuk aku yang masih kanak kanak,hadirnya jalu membuat kelucuan tersendiri apalagi melihat gerak geriknya yang terkadang tampak sangat menggemaskan.Setiap pulang sekolah kami pasti segera ketempat Jalu berada.Berusaha mengganggunya sambil memberikan jatah makanannya.Suara teriakannya yang keluar saat kami ganggu membuat kami semakin asyik dengan keberadaan si Jalu.

Semakin lama aku semakin dekat dengan si Jalu,ternyata aku menyukainya dan timbul rasa kasihan padanya.Apalagi karena melihat dia terikat oleh rantai dipinggangnya,pernah aku lepas dan saat itulah kesempatan si Jalu lari.Emang dasar binatang liar,nalurinya untuk pergi bebas tetaplah ada.Jadi sekali itu dia kabur,tapi karena waktu itu ayahku tahu jadi si Jalu pun ditangkap kembali dan aku dimarahi karena melepas rantai yang terikat padanya.Padahal kan aku cuma iba saja.
Mulai dari saat itu, aku tak pernah berani lagi melepas rantai di pinggangnya.Karena aku takut dia lepas dan lari lagi,kemudian dia tidak ada lagi di rumah kami.

Hampir sekitar 6 bulan lebih,si Jalu bersama kami dan kami terlebih aku benar benar menyukainya,karena pertama kalinya aku berinteraksi dan memiliki binatang peliharaan walaupun sebenarnya aku hanya penggemar si Jalu saja.Yang merawat dan memelihara si Jalu yang sebenarnya ya ayahku tadi.

Melihat tingkah lakunya seringkali membuat aku tertawa,apalagi si Jalu ini benar benar monyet narsis kalau menggunakan istilah anak muda sekarang.Tampak sekali kalau ia senang diperhatikan.Tapi tetap saja naluri liarnya selalu ada,pernah sekali waktu aku dicakarnya sewaktu bermain dengannya,mungkin saat itu aku mengganggunya jadi dia tidak nyaman dengan perlakuanku dan akibatnya akupun dicakar.Untung saja tidak menimbulkan luka serius dan aku tidak sampai terkena “rabies” he he he he
Tapi memang sangat menyenangkan memiliki si Jalu saat itu.
Seperti memiliki mainan baru,yang bisa membuat kita terhibur dan senang.

Sampai suatu hari....
Siang itu seperti biasanya sepulang sekolah,setelah berganti baju aku langsung berlari mencari si Jalu ditempat biasa.
Tapi saat itu aku tidak melihatnya,aku juga tidak melihat rantai panjang yang biasanya tampak menjulur,walaupun si Jalu sedang tidur di rumah kayunya.
Ahh...apakah dia kabur lagi?pikirku saat itu.

Segera aku mencari ayahku dan bertanya padanya.
Dan aku terkejut setelah mendapat jawaban ayahku kalau si Jalu “mati”.
Aku terdiam tak berkata apapun,karena saat itu aku masih anak anak jadi langsung saja air mataku terurai karena sedih.
“Kenapa mati...?” sambil menangis aku bertanya pada ayahku.
Kemarin sore gak papa kok sekarang mati?pikirku tak percaya.
Aku memang tidak percaya kalau si Jalu “mati”.
Bagaimana bisa??
Kalau kemarin saja aku masih bermain bersamanya dan dia masih memperlihatkan kelucuannya.
“Kenapa sih pak..?” lanjutku masih tampak penasaran dan tidak puas.
Ayahku pun menjelaskan kalau si Jalu “mati” karena terjerat tali rantainya sendiri.
Aku masih tidak percaya saat itu,karena aku tak melihatnya “mati”.
Sepertinya ia pergi dalam pikiranku,seperti yang pernah dilakukannya.

Mungkin ia memang ingin bebas,

Tapi rasa kehilangan itu begitu terasa saat itu,
Tak ada lagi loncatan loncatan yang sering dia lakukan,atau suara yang dikeluarkannya saat kami mengganggunya.
Gayanya saat mengunyah pisang kegemarannya,dan masih banyak lagi hal hal yang dilakukannya yang masih dapat kuingat dengan jelas

“Jalu oh Jalu....”
Sejak saat itu aku tak lagi tertarik dengan binatang peliharaan,walau ayahku tetap saja menyukai binatang peliharaan dari ikan hias,burung berkicau.Tak ada lagi yang menarik bagiku selain si Jalu.

Buatku Jalu bukan sekedar “binatang” karena pertama kali aku mengenal yang namanya binatang secara nyata dan memberi “kesan” tersendiri.
Rasanya membiarkan mereka berada di alamnya mungkin lebih “bijak” buatku.Karena ia tak perlu lagi “mati” karena terjerat rantai pengikatnya,tapi “mati” karena memang siklus alam yang melakukannya.Aku merasa bersalah pada si Jalu.

Seandainya saja tak ada rantai yang mengikatnya,mungkin dia masih bisa bertahan hidup beberapa tahun lagi.
Tapi sudahlah....




Badai Manis Rinjani....


Badai Manis Rinjani...

Tak pernah sedikitpun aku bermimpi akan merasakan hal tersebut. Aku memang pernah membaca tentang badai Rinjani, tapi aku bukan pencari badai dan belum pernah merasakan secara langsung bagaimana rasanya menghadapi badai.
Secara aku tinggal didaerah tropis dan bukan pinggir pantai, jadi sangat jarang aku merasakan tiupan badai. Paling juga angin puting beliung kalau orang orang bilang sih, tapi rasanya itu bukan badai.
Saat membaca tentang badaipun, tak ada gambaran pasti seperti apa rasanya badai dan aku juga tak berharap merasakan badai. Aku hanya pernah melihat badai dalam laporan berita, jadi wajar pengalamanku tentang badai sangat minim.
Jadi ketika saat aku naik ke Rinjani dan bertemu dengan beberapa orang yang baru sampai ke puncak dan sedikit bercerita tentang adanya badai saat itu, aku masih bisa tersenyum manis mendengarnya. Paling paling angin biasa...
Mereka yang baru summit memang mengingatkan kepada kami agar berhati hati. Seorang bapak yang bertemu denganku di bukit penyesalan sempat berkata,” hati hati dengan angin datangnya dari sebelah kanan, kalau bisa pakai baju jangan cuma satu lapis”. Aku tersenyum mendengar perkataan si bapak dan aku menyimak betul kata kata bapak tersebut dan beruntung aku bertemu dengannya.

Mereka tampak sangat lelah entah seperti apa pengalaman yang mereka rasakan diatas sana. Dan ketika kami bertemu mereka turun di sembalun, berarti target mereka hanya puncak rinjani.
Aku sempat bertanya,” gak mampir Segara Anakan pak ?”
Si bapak menjawab,” gak, udah capek dik.”
Dan memang tampak jelas raut kelelahan dari wajah wajah perkasa mereka. Aku sempat bertanya pada mereka, karena mereka memakai rain coat yang sama berwarna kuning. Dan ternyata rombongan bapak bapak itu dari perusahaan New Mount Sumbawa. Waduh, bapak bapak yang perkasa saja pulang lelah lunglai, bagaimana aku?

Tapi sudahlah, aku sudah terlanjur menjejakkan kakiku pada kaki Rinjani dan aku sudah terbawa hingga disini. Rasa takut dan ragu yang sempat menghampiriku berusaha aku tepis jauh jauh. Apalagi aku datang sendirian, tapi aku berusaha untuk tidak merasa sendiri.
Ini semua adalah keputusanku sendiri, dan apa yang sudah aku putuskan harus siap aku terima resikonya. Semua tinggal apakah Rinjani memilihku untuk menyentuhnya?

Semakin keatas semakin terdengar suara angin yang mulai menyambut kedatangan kami. Ditambah udara malam yang menemani kami semakin membuat suasana menjadi berbeda. Aku yang diawal perjalanan berada didepan mulai merasakan sedikit ketakutan. Bukan rasa takut akan sesuatu tapi ada rasa yang susah untuk aku jelaskan dengan kata kata.
Aku bukan orang yang begitu mudah percaya dengan hal hal yang mistis, tapi disini ada hal yang sulit untuk aku jelaskan, aku hanya merasakan sesuatu yang tak bisa aku ungkapkan.
Semakin keras angin terasa, semakin membuat nyaliku sempat menciut, aku mencoba memberi beberapa sinyal pada headlampku agar ada orang didepanku. Karena aku benar benar didepan dan tak ada laki laki atau orang lain didepanku. Hanya aku dan Yuni dan entah siapa dibelakangku, seingatku tadi bang boim. Tapi karena kita tiba di Plawangan Sembalun sudah malam, jadi aku tak tahu lagi siapa dibelakangku, kecuali Yuni yang aku ingat jelas he he he
Udara dingin semakin terasa ditambah angin yang bertiup lumayan keras, rasanya ingin segera masuk kedalam tenda dan berlindung dari terpaan angin yang tanpa lelah mendera kami. Tapi rasanya kami harus menunggu.

Pemandangan langit malam luar biasa indahnya, tak habis aku memandang kagum terpesona. Lagi lagi aku diberikan suasana seperti ini, walau angin dingin terus berhembus, semuanya sebanding dengan keindahan yang tersaji.
Dan akhirnya penantianku berakhir juga, menyentuh langsung tubuh sang Rinjani dimulai pagi ini. Waktu menunjukkan pukul 4.30 waktu setempat, aku hanya mendengar orang mengatakannya,karena aku masih setengah sadar tanpa melihat sang waktu.
Perjalanan masih ditemani angin yang berhembus seperti semalam, semoga  kami bisa bersahabat. Enaknya summit masih dalam keadaan gelap adalah karena kita tidak melihat trek dengan jelas sehingga mengurangi semua pemikiran yang bisa menghambat proses pencapaian.
Sedikit keatas trek mulai berpasir dan ketika melewati punggungan kita disajikan pesona “sunrise” yang cute. Tapi kita harus terus berjalan, mencoba selaras dengan sang waktu yang tak pernah mau menunggu. Disini angin terasa sedikit hangat dan sepertinya bersahabat, semoga saja.



Berjalan kurang lebih hampir 2 jam dan  cuaca tiba tiba mulai berubah tanpa bisa kami prediksi. Angin mulai berhembus kencang dan gelap tak kunjung hilang, padahal kalau aku tak salah prediksi sekarang sudah lewat dari jam 6 dan sang mentari yang tadi memperlihatkan diri saat kami melewati punggungan harusnya memberi sedikit kehangatan dan cahayanya. Tapi ini tidak.
Semakin keatas angin semakin berhembus kencang, aku berpikir ini hal biasa karena kami semakin keatas. Dan aku sempat bertanya pada bang boim yang asli lombok apakah hal seperti ini biasa, dengan santainya ia berkata,” ya, biasa kok.”
Aku pun tenang saja walau dalam hati bertanya ,”apakah ini badai yang diceritakan kemarin?”

Aku masih bisa tersenyum mendengar beberapa celotehan teman temanku diantara rasa lelah saat menapaki jalur berpasir. Saat beberapa temanku berteriak ,” sebentar lagi,tuh puncaknya, istirahat dulu.” Kami memang berkumpul dan berbagi logistik yang kami bawa.
Aku sempat bertanya ,” emang berapa lama ke puncak ?”
Aku mendengar ada yang menjawab ,” sepuluh menit...”
“ Emang percaya sepuluh menit,lis ?” entah Yuni atau Aniez yang berbicara.
Aku hanya tersenyum dan berkata ,” percayalah...”
Padahal kata kata klise khas “summiter” kalau aku bilang sih.

Sengaja aku membawa logistik hanya air minum dan satu buah apel dan coklat karena teringat bapak dari New Mount yang beberapa kali berkata jangan banyak bawa logistik. Hanya tambahan titipan air minum Yuni ada di daypackku. Kami masih tersenyum manis, masih kuingat raut muka teman temanku yang ingin menjamah tubuh manis Rinjani saat itu, beberapa orang beristirahat sambil menghisap rokok yang mungkin sebagai penghangat tubuh mereka.
Perjalanan kami lanjutkan terus keatas sambil sesekali ada yang bersendau gurau, sedangkan aku berusaha berdamai dengan diriku untuk bisa terus fokus pada tujuan. Sambil memotivasi diri dalam hati...

Tiba tiba semua berubah saat kami semakin menuju keatas, saat kami bertemu rombongan yang lebih dahulu berangkat dari kami. Mereka dua orang bule yang sempat bertemu dan mengobrol bersama kami, dan satu tim entah dari mana tapi kami sempat bertemu mereka di pos 2. Seorang dari mereka bercerita kalau diatas badai besar dan guide yang mengantar mereka berkata,” hati hati saja...”
Mereka sempat berkata kalau perjalanan kami masih sekitar satu jam setengah kurang lebihnya.
Dan memang sepanjang perjalanan kami, angin  berhembus tidak bisa diprediksi. Terkadang tenang, tiba tiba bisa sangat kencang dan membuat kami harus berhenti dan mencari tebing tebing yang bisa melindungi kami sampai angin kembali tenang. Hal itu sudah menemani kami mulai dipertengahan perjalanan tadi.

Jadi kami sempat bingung dengan peringatan tersebut, aku sempat bertanya kepada bang boim dan bang estu yang menemani kami, situasi seperti ini amankah?
 Kami sempat berunding bersama. Prinsipku adalah “safety” terutama orang banyak.
Aku hanya berkata pada bang estu,”kita naik bersama dan pulang bersama utuh, kalau yakin aman silahkan lanjut.” Mereka yang tahu kondisi alam Rinjani, jadi aku percaya kalau mereka yakin aman aku ikut. Walau dalam hati kecil terbersit sedikit rasa takut, melihat angin yang terkadang membuat keseimbanganku tak berfungsi.

Akhirnya kami terus melanjutkan perjalanan keatas, dan benar saja semakin keatas,  angin semakin menunjukan kuasanya. Kami sama sekali tak berkutik dibuatnya. Jarak pandang tak lebih satu meter, karena kabut terus menemani kami. Tak bisa kami menjejakkan kaki dengan sempurna. Saat angin kencang datang kami harus duduk dipasir dan berusaha mencari keseimbangan diri,bahkan terkadang kami harus terus berjalan saat angin masih berhembus kencang. Karena pasir ikut beterbangan bersama sang angin. Ini yang semakin menyulitkan penglihatan kami. Tapi itu semua tidak meyurutkan semangat kami.
Masih kuingat saat bang munif mendorong badanku agar terus berjalan keatas dan sesekali aku merangkak menggunakan dengkulku  karena angin tak juga berhenti berhembus, persis anak kecil belajar merangkak. Kalau aku ingat sekarang, aku bisa tersenyum tapi saat menjalaninya satu kata yang bisa aku ucapkan,”luar biasa...”

Aku hanya berdoa agar kami semua baik baik saja, apalagi saat melihat kondisi Onay, yang sangat jelas terlihat kalau dia “drop”. Ketika melihat dirinya tampak pucat dan terlihat sangat kedinginan, aku mencoba menghampirinya yang terduduk kedinginan. Aku mendekatinya dan mencoba membuat dirinya hangat. Aku yang menggunakan pakaian berlapis saja masih merasakan kedinginan apalagi Onay yang aku lihat hanya memakai pakaian standar. Telapak tangannya aku coba hangatkan dan beberapa temanku seperti bang boim memberi sarungnya pada Onay.Cuaca saat itu benar benar ekstrem, sulit aku gambarkan dengan kata kata. Pantas saja saat aku membaca tim ekspedisi cincin api yang juga mengalami badai seperti kami memilih menunda dan kami malah memilih kebalikannya. Dan aku beruntung bisa merasakan badai Rinjani, jadi aku bisa merasakan langsung apa yang pernah aku baca bukan katanya atau ceritanya.

Kami berhenti sejenak untuk membuat kondisi Onay menjadi lebih baik dan kedinginan adalah musuh terbesar diatas gunung.
Aku khawatir melihat kondisi bang Onay, sempat aku bilang jangan dipaksakan kalau gak kuat. Tapi entah mengapa bang Onay tetap lanjut. Logika akhirnya harus tetap bekerja.
Semakin keatas semakin angin bermain main dengan kami, kalau boleh aku memakai istilahku sendiri. Setiap gunung memang mempunyai ceritanya sendiri dan itu sangat    personal. Tak ada yang akan memiliki kesan yang sama. Dan sepertinya Rinjani juga tak pernah mau disamakan, karakter dirinya yang tak bisa ditebak membuat aku menyukainya, pesonanya tersembunyi dan sangat mistis.
Pantas saja kalau masyarakat setempat begitu menghormati gunung Rinjani.

Sang Gadis manis yang penuh Kharisma, hingga banyak orang datang berusaha menyentuhnya. Dan aku pun ingin menyentuhnya kembali...
Tapi yang lebih penting dari itu adalah kami semua kembali selamat dalam kebersamaan dan utuh. Profisiat buat Yuni yang baru pertama naik gunung akhirnya bisa sampai ke puncak Rinjani euy,congratulation. Buatku Pendakian yang berhasil adalah  ketika tak ada yang harus menjadi korban dan logika tetap harus bekerja bukan nafsu atau ambisi.