Saturday 18 October 2014

Meditasi Pertamaku...


    Pengalaman meditasi tanpa objek pertamaku. Aku memang baru pertama mengikuti yang namanya meditasi, sebelumnya aku memang mengenal meditasi dari cerita orang-orang. Tapi aku belum pernah mengikutinya. Jujur, keinginan untuk tahu apa itu meditasi ada dari sejak lama, tapi ketika meditasi butuh konsentrasi aku mundur perlahan. Aku berpikir saat itu. Aku merasa mengenal diriku bahwasanya aku mencap diriku sendiri sebagai diri yang sulit untuk fokus dengan satu hal. Dan meditasi yang aku ketahui seperti itu intinya, jadi konsep itu melekat dalam pikiranku karena aku pernah mencoba sendirian dan aku akhirnya stress, dan malas mengikutinya pada akhirnya.
    Meditasi tanpa objek aku kenal tanpa sengaja, ketika aku dengan sengaja membuka handphone adikku dan membaca beberapa unduhannya tentang jadwal meditasi tanpa objek tahun ini. Tapi aku tidak terlalu menanggapinya karena aku tidak tahu apa meditasi tanpa objek itu. Tapi entah mengapa, pikiranku memikirkan Meditasi Tanpa Objek tanpa aku sadari sepenuhnya. Aku tak mengenal Meditasi Tanpa Objek dalam bentuk buku sebelumnya dan dalam bentuk apapun. Aku hanya mencari sesuatu entah itu apa.
    Aku jadi teringat ketika adikku berusaha mencoba membaca garis tanganku dan aku menolaknya dengan sadar dalam pikiranku beberapa waktu yang lalu. Dia pernah berkata kamu mencari sesuatu kan mba? Dan saat itu aku memang mencari sesuatu yang aku sendiri tak pernah paham apa itu. Entah mengapa aku kembali melihat jadwal meditasi tanpa objek tersebut, aku mencoba menyesuaikan beberapa jadwalnya. Awalnya aku hendak mengikuti MTO saat libur lebaran tapi aku berubah pikiran dengan beberapa alasan yang terlalu klise, bulan oktober aku sempat ragu karena ada beberapa hal teknis, dan akhir tahun sempat menjadi waktu yang menurutku tepat untuk mengikuti meditasi tanpa objek ini, karena akhir tahun orang cenderung untuk berusaha melakukan introspeksi akan dirinya sendiri bukan? Tapi akhirnya pikiranku berubah, karena hasil doktrin dengan sengaja adikku, “Kenapa harus tunggu akhir tahun sih mba, kelamaan kali, kalau bisa sekarang kenapa gak.”
    Entahlah kata- kata itu masuk ke dalam alam bawah sadarku dengan sengaja dan aku akhirnya berpikir dan pikiran bekerja dengan segala paket alasan dan pembenarannya. Akhirnya dengan sedikit ragu akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti MTO bulan oktober. Tapi aku tidak tahu harus bagaimana untuk dapat mengikuti meditasi tanpa objek tersebut karena adiku sendiri belum pernah mengikutinya, dan penjelajahan dunia maya akhirnya menjadi solusiku.
    Lucu sebenarnya kalau aku pikir- pikir, kenapa juga aku bisa tertarik dengan meditasi ini. Padahal tak ada yang ketahui tentang meditasi itu sendiri. Apa itu meditasi, hanya seperti kebanyakan orang berpikir saja bahwa meditasi ya duduk diam itu saja.
    Akhirnya setelah aku bertanya melalui email, aku mencoba mencari tahu apa meditasi tanpa objek. Dan aku mengunduh e book tentang meditasi tanpa objek, pengarang bukunya cukup cerdas dan up to date ternyata. Aku mecoba membaca beberapa testimoni dan sempat berpikir “ pusing juga ngertinya nih...” dan malas membaca testimoni selanjutnya, entah kenapa. Tapi rasa ingin tahuku memang terlalu besar tentang sesuatu yang tidak aku mengerti, sehingga pendaftaran itu berlanjut walau sempat tidak jelas. Tiket pulang pergi sudah ditangan walau statusku sebagai peserta tidak jelas, yang jelas aku sudah minta cuti ditempat kerjaku. Aku sendiri tidak tahu alamat yang  aku tuju, yang jelas rute yang tertulis di dunia maya tidak aku pahami dan aku tidak bertanya, lengkap sudah kebodohanku he he he
    Sampai detik-detik keberangkatan aku masih santai, dan sempat kaget juga saat membaca email balasan, intinya bahwa syarat untuk mengikuti meditasi tersebut harus mendapat konfirmasi kalau aku memang terdaftar sebagai peserta. Dan sampai keberangkatanku aku belum mendapat konfirmasi dalam bentuk apapun, sempat panik.com. Tapi aku sempat berpikir kalau memang ternyata aku nanti tidak terdaftar ya sudahlah, paling aku luntang lantung saja menikmati perjalananku dan tak pernah aku mengalami perjalanan yang sia-sia pada dasarnya. Semua cerita perjalananku membantuku menemui sesuatu.
    “Waduh kalau aku nanti sampai sana ternyata jumlah peserta penuh terus aku gimana dong jauh-jauh gak ada hasil..,” pemikiran sempitku bekerja.
    Aku mencoba mencari kontak person yang bisa aku hubungi dan pak josef orang pertama yang ada dalam pikiranku dan nomor teleponnya juga tidak aku ketahui ha ha ha
Aku mencoba mengirim email, belum ada balasan, akhirnya teknologi membantuku dan akhirnya aku mendapat konfirmasi status!
    Tapi itu semua tidak selesai sampai disini ternyata, aku menyadari sesuatu saat aku mengobrol dengan seorang bapak asal Malang dalam kereta api. Beliau bertanya tentang tujuanku dan aku jawab yang aku ketahui dan beliau menjelaskan kalau claket itu dekat dengan stasiun hanya 10 menit, aku cukup senang juga saat mendengar hal tersebut. “Ah...perjalanan tidak melelahkan nantinya,” pikirku saat itu.
Setelah itu, bapak tersebut memilih pergi ke gerbong lain karena ingin tidur dengan leluasa dan kami tidak bertemu hingga saat beliau hendak mengambil barangnya dan sudah mendekati daerah Malang. Beliau sempat mengajakku untuk bareng saja karena beliau dijemput oleh keluarganya dan berkenan mengantarku. Tapi aku mencoba untuk tidak merepotkan bapak tersebut dan menolak dengan halus agar bapak tersebut tidak tersinggung. Dan beliau mengerti, tapi pikiranku kembali bekerja saat beliau bercerita aku mencoba mensinkronkan petunjuk rute yang aku dapatkan dari dunia maya dengan penjelasan beliau tadi malam. Karena menurutku rute yang tertulis cukup jelas tapi tidak sesuai dengan penjelasan beliau yang hanya 10 menit, kok kalau menurutku rutenya sepertinya rumit dan jauh. Akhirnya aku menjelaskan pada bapak tersebut tentang alamat yang dituju, dan akhirnya bapak tersebut sadar bahwa alamat yang dijelaskannya semalam padaku bukan alamat yang aku tuju. Beliau tahu daerah tersebut tapi tidak paham alamat tersebut, tapi beliau dengan baik hati membantuku agar nanti memilih jalur yang lebih mudah aku lalui walau aku sendiri tidak paham he he
    Bener juga apa yang dikatakan dalam buku Alkemist karangan Paulo coelho intinya bahwa semesta akan membantu ketika dengan segenap hati pula kita melakukan sesuatu.
    Aku sempat nyasar juga sebenarnya, itu karena ketidaktahuanku. Karena aku percaya pada pak supir aku biarkan saja beliau membawaku sampai akhir rutenya, karena aku pikir aku sudah bertanya padanya tentang alamat yang aku tuju dan beliau menurutku sudah paham tujuanku, ya sudah. Ternyata aku seharusnya turun disebuah pertigaan tetapi malah mengikuti hingga aku sadar sesuatu dan bertanya kembali. Taraaa...aku malah sampai di objek wisata Air Terjun Kakek Bodo dan akhirnya daripada meratapi kebodohanku mending aku masuk saja seperti apa sih didalamnya. Namanya air terjun pastinya sama saja kayak yang lain, cuma  karena rasa ingin tahuku saja dan akhirnya aku hanya melihat air menetessedikit lebih banyak, bukan air tejun. Sepertinya aliran sungainya kering hingga air yang turun tidak terlalu besar, tapi cukuplah.
    Sampai juga aku ditempat yang aku tuju setelah makan nasi campuur dan melewati banyak hal, mungkin makanan ini yang membuat otakku bisa bekerja lebih jernih ha ha ha
    Akhirnya....
    Malam pertama...
Badan sedikit capek dan setelah penjelesan beberapa hal tanpa sempat berpikir untuk bertanya seperti apa nantinya aku hanya mencoba mengikuti saja. Aku sempat berkenalan dengan seorang nenek yang cukup muda untuk dikategorikan, karena beliau berusia 49 tahun dan hampir seusia dengan sepupuku dan beliau memang tampak muda dan tidak keberatan aku panggil “mbak” biar tidak ada jarak yang terlalu jauh saja. Beliau sempat menjelaskan beberapa hal yang diketahuinya dari temannya, karena temannya pernah mengikuti meditasi sebelumnya ditempat lain. Dan aku mendangarkan saja penjelasan beliau toh gak ada ruginya. Yang jelas ini malam terakhir kami berbicara sampai dengan waktu yang ditentukan. Karena kami dilarang berbicara satu sama lain dan fasilitas handphone, jam tangan kami disimpan panitia.
    Meditasi dimulai pukul 4 pagi...   
Awal yang sulit karena pikiranku masih saangat mendominasiku seperti biasanya, untuk bisa duduk manis tanpa bergerak saja yang kelihatannya  begitu mudah, buat aku pribadi menjadi begitu sulit. Jangankan satu jam, duduk diam untuk beberapa menit saja, aku sudah merasakan kesemutan, sakit dan lain sebagainya. Sepertinya pembimbing meditasi sepertinya tahu kesulitanku dan ketika beliau berkata amati dan sadari, saat itu aku belum paham. Meditasi berlanjut dengan berjalan,menyadari gerak langkah dan saat makan pun dilakukan dengan meditasi. Aku masih dengan pemikiranku, dalam diam pun pikiranku bergerilya dengan nyamannya. Aku masih kesulitan memahami sebuah kata “amati” dan “sadari”. Ketika sesi meditasi berjalan terus hingga malam hari, aku masih sibuk dengan diriku sendiri!
    Aku masih sangat sibuk dengan diriku dan aku mencoba berbicara dengan pembimbing meditasi untuk meminta waktu berbicara dengan beliau esok hari dan esok harinya aku bertemu dengannya.
    Aku mencoba mengemukakan masalahku sehubungan dengan meditasi ini dan semua konsep yang sebelumnya aku ketahui dan ini yang menjadi bumerang buat diriku sendiri. Dalam meditasi yang lainnya yang sempat aku baca, bahwa dalam meditasi dibutuhkan konsentrasi tentang sebuah objek dalam artian kita fokus terhadap objek tersebut. Sedangkan dalam meditasi tanpa objek yang sempat aku baca, objek yang muncul hanya diamati dan disadari tanpa kita harus berusaha fokus terhadap objek tersebut. Tapi kenyataannya aku mengalami kesulitan pada awalnya dan pikiranku menguasai diri. Hasilnya hari pertama menjadi hari perjuangan dengan diriku sendiri.
    Saat berbincang tersebut ada kata-kata pembimbing meditasi yang aku ingat adalah jangan memahami dengan pikiran. Aku sempat bingung dan beliau berkata kembali, “ jangan gunakan pikiran sekali lagi...”
    Saat itu aku rasanya ditampar dengan sebuah kata- kata, “ jangan gunakan pikiran...”
Aku yang terbiasa menggunakan logika dan pembenaran sendiri dan pikiran-pikiranku, dihadapkan dengan sebuah kondisi yang mengharuskanku melakukan hal-hal yang berbanding terbalik dengan apa yang sudah biasa aku lakukan. Aku sempat terdiam dan tiba-tiba menangis entah mengapa dan berkata sesuatu dengan pembimbing meditasi. Aku menyadari kesulitanku dan keterikatanku dengan pikiran-pikiranku, aku hanya belum bisa memahami bagaimana aku bisa hidup tanpa pikiran-pikiranku??
Aku belum rela meninggalkan semua pikiranku dan bagaimana aku melepaskannya?
Tiba-tiba apa yang ada di pikiranku aku ungkapkan pada pembimbing meditasi dan beliau benar-benar luar biasa sabar dan tanpa reaksi sedikitpun ketika melihatku menangis,beliau memang terlatih dengan berbagai kondisi dan  sepertinya buat beliau hal tersebut biasa saja, aku yang menanggapinya terlalu luar biasa dan saat aku menyadarinya esoknya lucu sekaligus malu juga kalau ingat saat itu.
    Aku sadar musuh terbesarku adalah diriku sendiri dan akhirnya aku menyadari bahwa aku tidak bisa menganggap diriku sebagai musuh, tapi cukup menyadari saja keberadaanku mungkin lama kelamaan diriku akan menghilang dengan sendirinya, tanpa harus aku berusaha sekuat tenaga mengalahkan diriku sendiri, seperti yang beliau ucapkan padaku, “cukup amati dan sadari...” hanya sesimple ini dan aku menghabiskan beberapa energi dan waktu untuk mencari sesuatu yang tak perlu aku cari dalam sisa kehidupanku. Luar biasa bodohnya aku ha ha ha
    Tapi aku sangat berterima kasih dengan sebuah tamparan yang cukup menyadarkan diriku saat itu dan semoga setiap saat. Hanya sebuah kesadaran diri setiap saat yang perlu aku sadari apapun itu, tanpa harus mencari dan berpikir dan membiarkan semuanya berjalan sealami mungkin tanpa intervensi dan usaha apapun. Cukup dengan mengamati dan menyadari setiap waktu!
Sebuah kata-kata yang begitu mudahnya tapi ketika pikiran menguasai menjadi tertutup...
(Terima kasih romo sudri dan adikku yang manis, kamu paham diriku tak bisa menemukan sesuatu tanpa aku sendiri yang menemukannya dan pencarianku berhenti saat ini...)
Kebebasan total bukanlah kebebasan dari tekanan, atau bebas melakukan segala tindakan tetapi batin yang mandiri dan tidak terpengaruh oleh memori apapun 
Love u....

No comments:

Post a Comment