Tuesday 23 September 2014

Kenapa Harus Kami Wanita Yang Menjadi Objek...




“Dian...tadi sebel deh mba,masak tadi pas naek motor tangan dian dipegang orang sambil lewat gitu,kan nyebelin jadi aku maki maki aja tuh orang,” cerita teman kerjaku saat kami bertemu hari ini.

 “Emang orang tadi naek motor juga?”, tanyaku kemudian.

 “ Iya mba...pantesan dian udah curiga dari tadi, kok orang itu naek motornya agak aneh...”, lanjutnya bercerita.

 “ Aneh gimana ?,” tanyaku ingin tahu.

“Iya aneh aja mba, soalnya pas dian lihat dispion orang itu ada dibelakang motor dian,” lanjutnya.

“Padahal dian sengaja gak ngebut soalnya trauma jatuh waktu itu,jadi naek motornya kan pelan tuh dan orang itu ada dibelakang Dian terus”, lanjut cerita temanku tadi.

“Nah, Dian kan jadinya penasaran, nih orang mau kemana sih, terus Dian coba kencengin naek motornya, eh dianya ikutan ngebut, terus Dian pelanin orangnya juga ikutan pelan,aneh kan mba,” sahut temanku tersebut.

“ Terus gimana?”,lanjutku bertanya.

“Ya pokoknya, dian jadi takut aja, terus ngebut sampe belokan, pas  Dian mau belok dia tiba tiba ngebut sambil megang tangan Dian yang sebelah kanan sambil menyentuh payudara, Dian kan jadi kaget terus spontan aja keluar makian eh dianya malah meringis, nyebelin banget kan,”sahutnya kesal.

Dan aku bisa merasakan hal yang menyebalkan yang sama dengannya, karena aku pernah mengalaminya dan menurutku itu sudah masuk kategori pelecehan seksual.

“Padahal kan siang gitu, terus jadinya orang pada nanya sama Dian kenapa, terus aku jawab aja gak tau tuh orang aneh,” masih dengan nada kesal.

“Mungkin orang gila kali neng...,”sahut orang yang mendengar ocehan temanku saat itu.

“Emang orang itu ngikutin kamu darimana?,” rasa ingin tahuku kembali muncul.

“Tadi pas dilampu merah kan sempet berhenti nah orang itu ada disebelah Dian, padahal Dian udah paling pinggir banget, gak tau kalau orang itu emang ngikutin Dian, soalnya gak ngeh juga,” ceritanya kembali.

“Nyebelin banget deh mba, jadinya kan nakutin kalau pergi pergian gitu,” sambil menaruh tas kerjanya dan melanjutkan melampiaskan rasa kesalnya.

Aku masih mendengarkan ceritanya.

“Waktu mba gimana?,” dia bertanya dan aku menceritakan saat beberapa waktu yang lalu aku mengalami hal tersebut. Aku bisa mengerti apa yang dirasakannya saat itu karena saat aku mengalaminya benar benar menyebalkan, rasanya kalau tidak saat dijalan raya ingin aku tampar dan tonjok saja orang itu. Padahal temanku memakai jaket panjang dan tidak ada yang aneh dalam hal berpakaian, wajah tertutup helm walau pastinya orang tadi melihat raut wajah temanku tadi. 
 
Yang jelas aku hanya menjawab,” orang sakit jiwa tuh ...”

“Iya ya mba..kalau gak kelainan jiwa ngapain coba ngelakuin hal tadi bikin orang kaget dan nakutin, nanti pulang mau minta dikawal suami dulu ah, takut...”lanjutnya kemudian.

Aku tersenyum dan agak sedikit kesal juga mendengar ceritanya, kalau masih saja ada orang yang senang membuat teror seperti itu dan orang yang seperti itu harus disebut dengan “teroris” juga. Karena ia menebarkan teror atau rasa takut pada orang lain.

Padahal tak ada yang aneh dengan diri kami, kalau temanku cantik apa dia salah terlahir cantik dan apakah harus ia mengalami hal tersebut karena ia cantik?Rasanya bukan masalah cantik atau tidak, ini masalah moral??

Rasanya setelah mendengar cerita temanku itu, jangan jangan masih banyak wanita lain yang mungkin mengalami hal yang sama dengan yang kami alami. Berarti diluar sana banyak orang yang mengalami kelainan jiwa yang berkeliaran dengan amannya, yang setiap saat bisa mengganggu kami para wanita.

Ada lagi cerita temanku lagi saat mendengar cerita temanku tadi. Dia bercerita saat dia berada didalam kereta api lokal. Dan semua orang pasti bisa membayangkan kalau kereta tersebut pasti penuh sesak. Dan menurut cerita temanku, dia bertemu dengan “coli” istilah yang dia gunakan. Aku sendiri kurang paham dengan istilah tersebut, cuma dia menceritakan kalau “coli” itu adalah lelaki yang mempunyai kebiasaan menggesek gesekan alat kelaminnya saat suasana kereta penuh sesak dan korbannya adalah wanita didepan “coli” tersebut. Dan temanku mengalami hal tersebut. Entah apa yang dialami orang tersebut, kalau sensasi ingin menikmati kenikmatan seksual, aneh saja kalau harus disaat ramai seperti itu dan memanfaatkan keadaan yang seperti itu. Kalau aku sebut kelainan seksual???

Jadi apa sih yang harus kami lakukan saat harus berada dalam keadaan seperti itu? Aku sempat bilang pada temanku teriak aja biar orang tahu kelakuan orang sakit itu dan malu sekalian kan pas banyak orang tuh jadi orang pasti banyak yang dengar. Temanku hanya bilang,” takutlah mba...banyak orang disana dan ada teman temannya, padahal dia pake baju rapih dan berdasi, aku pindah tempat aja dan aku pelotin gitu mba,” lanjut temanku yang lain.

“Kenapa cuma dipelototin aja, teriak biar malu sekalian, kalau besok ketemu lagi,”lanjutku mengomporinya.

“Takut diapa apainlah soalnya kita kan perempuan dan mereka laki laki, belum tentu yang lainnya nanti bantuin kalau aku teriak, kalau pas turun kita diincer kan malah jadi punya masalah baru,” lanjut temanku bercerita.

Dan permasalahannya adalah laki laki yang tidak bisa menghormati wanita seperti itu harus diapakan? Jangan bilang salah perempuannya itu sih dengan alasana bla bla bla. Kalau anda yang bilang seperti itu adalah laki laki juga bagaimana jika anda diposisi kami wanita? Apakah kalian akan berkata seperti itu juga?

Ini yang harus menjadi perhatian kita para wanita jika berada ditempat keramaian seperti kereta atau tempat umum agat tidak mengalami hal hal yang tadi sempat aku ceritakan. Kalau ada yang bilang itu sih resiko jadi wanita? Rasanya yang bilang seperti itu harus berpikir dua kali saat mengatakannya. Kami wanita baik baik yang bertemu dengan pria tidak baik itu mungkin permasalahannya. Dan karena kami kerap kali dianggap lemah akibatnya adalah kami sering kali menjadi dan dijadikan objek. Padahal terkadang situasi yang membuat seperti itu. Kami tak pernah meminta dilahirkan dengan jenis kelamin tertentu bukan?

No comments:

Post a Comment