Friday 27 December 2019

Natal....

Mungkin baru kali ini aku membuat cerita tentang natal. Secara natal adalah hari kelahiran Yesus yang diyakini oleh sebagian orang sebagai bentuk fisik Tuhan dan sebagian diyakini orang sebagai nabi atau utusan Tuhan. Dan buat saya pribadi lepas dari apapun yang diyakini orang dan keyakinan saya sendiri, perayaan natal sendiri terlebih tahun ini memberi arti tersendiri. Mencari makna natal dalam diri saya sendiri, mencoba mencari bukan sekedar perayaan atau ceremonial, yang setiap tahun akan dilakukan oleh banyak orang sesuai dengan keyakinannya masing - masing. Tak ada yang salah dengan perayaannya karena itu hak masing - masing orang untuk memaknai dengan caranya sendiri. Sekali lagi ini adalah cara saya dan keyakinan saya. Natal kali ini tidak biasanya saya lakukan tanpa perayaan malam natal. Secara tradisi gereja katolik malam natal akan menjadi perayaan yang meriah karena orang akan berbondong bondong pergi ke gereja untuk merayakan malam kelahiran Yesus sang Penebus manusia. Dan bertahun tahun saya pun sama dengan umat katolik kebanyakan berlaku seperti seharusnya. Tapi ditahun ini karena sesuatu hal saya tidak merayakan malam natal karena sebelum pergi, saya melakukan sesuatu hal yang tidak mencerminkan seseorang yang hatinya damai sehari itu. Terlebih saat akan berangkat saya sudah bersungut sungut tentang kondisi saat itu, dan sepertinya semesta tidak mengijinkan saya untuk mengikuti perayaan malam natal karena terjebak macet, walau sebenarnya saya masih bisa mengikuti perayaan. Tapi akhirnya saya memutuskan untuk merubah tujuan saya. Saya tidak jadi ke gereja dan memutuskan hal lainnya.

Yang menjadi permenungan saya adalah ketika natal selalu didengungkan dengan perayaan sukacita dan damai. Saat itu saya merasa hati saya tidaklah pantas, jadi buat apa saya tetap datang dengan hati kesal dan ada orang lain yang mungkin tersakiti dengan apa yang saya lakukan dalam satu hari itu.

Semalam itu saya mencoba menenangkan diri saya dengan hal lain dan tidur pada akhirnya. Entah esok saya akan gereja kembali saya hanya melihat kondisi esok kalau tidakpun,saya tidak merasa bersalah dengan tidak gereja, toh hati adalah gereja saya sesungguhnya kalau anggapan gereja adalah tempat Tuhan berada.

Keberadaan Tuhan dalam hati adalah yang terpenting, akan nampak dari apa yang kita cerminkan dalam diri kita sendiri. Ketika kasih tidak muncul dalam keseharianku, bisa jadi aku menutup keberadaanNya yang sebenarnya selalu ada dalam hati dan gerejaku. Gereja bukanlah bangunan fisik yang harus terlihat bentuknya. Karena aku meyakini kalau Tuhan tidaklah sesempit itu hanya ada dalam bangunan tertentu. Ketika bangunan itu tidak ada, apakah keberadaan sang semesta juga tidak ada??

Tapi ini keyakinanku, aku tidak menyalahkan keyakinan lainnya, sekali lagi kebenaran tidaklah mutlak sama denganku,silahkan dengan keyakinan masing - masing.

Natal adalah sebuah kesederhanaan hati bahkan kèrendahan hati yang akhirnya memberikan sukacita dan damai yang nyata. Damai di hati seperti kedamaian di surga, yang entahlah seperti apa sebenarnya tapi ketika aku merasakan hatiku dipenuhi amarah,kesal,dendam atau hal lain yang bukan buah dari kasih saat itu, jelaslah nyata kalau aku saat itu terlebih hatiku tertutup oleh keakuanku sendiri. Sedih rasanya....dan aku mencoba berdamai dengan diriku sendiri dengan melakukan apa yang seharusnya hati miliki ketika dipenuhi dengan kasih.

Kelahiran Tuhan setiap saat hadir dalam hati yang dipenuhi kasih yang tak terbatas. Hati yang tidak memiliki dendam, hati yang lembut bukan hati yang rapuh tapi hati yang kuat manakala ia tertutup,ia akan selalu tersadar untuk kembali membuka hati untuk terbuka lebih dan lebih dan membiarkan kasih bekerja dengan sempurna. Waktu yang akan selalu membantu membuat kita mengerti makna natal sesungguhnya. Bukanlah perayaan meriah, tapi orang lain tak merasakan sukacita sesungguhnya, sukacita yang berasal dari dalam dirilah yang selalu menjadi sukacita sejati dan kita sendirilah yang menciptakan sukacita dan damai itu sendiri bukan orang lain ataupun kondisi. Menemukan sukacita sejatilah yang akan membawa kita kedalam kedamaian surgawi yang nyata. Dan yang merasakan sukacita ataupun kedamaian adalah orang terdekat kita, karena diri kita hanyalah perantara pembawa damai dan sukacita yang berasal dari hati sebagai manifestasi keberadaan sang semesta itu sendiri.
Hmmm.....agak berat ceritaku, semoga ada selalu yang menopangku hingga aku tidak berat membawanya ha....xx😅😅

Thursday 26 December 2019

Pelajaran Hidup...

Sebuah kata yang susah untuk dideskripsikan. Karena semua hal yang terkait dengan perasaan adalah hal abstrak yang tidak bisa digambarkan dengan baik. Sebuah keikhlasan bukanlah sebuah penerimaan kata 'ya' saja, tapi butuh keluasan hati untuk bisa merasakannya. Ketika kita mungkin tidak lagi menuntut banyak hal dalam kehidupan kita atas kehidupan lainnya,mungkin itu sebuah keikhlasan. Menerima yang memang kehidupan kehendaki bukan apa yang kita kehendaki, tidak lagi powerfull akan hidup orang lain, merasa diri kita lebih baik dan benar akan kehidupan lainnya. Pertanyaan yang selalu aku kemukakan setiap melintas berbagai hal dalam pikiranku, sanggupkah aku melakukannya??

Setiap manusia memiliki pembelajaran yang dikehendakinya tidak ada yang akan sama pelajaran yang harus dijalaninya. Sama hal seperti kita belajar formal demikian pula,pelajaran hidup. Aku menuliskan ini seperti mudahnya aku mengatakannya,tapi yang harus disadari adalah bahwa kenyataan yang akan selalu menyadarkan prosesnya. Kita akan selalu dihadapkan dengan orang - orang yang sesuai dengan pelajaran yang kita kehendaki. Sekali lagi kita kehendaki, secara sadar kita tahu apa yang akan kita dapatkan seharusnya. Kehendak adalah pikiran sadar yang kita miliki tak ada kehendak yang tanpa kita sadari.

Jadi kita memilih apa yang akan kita pelajari, hebatnya semesta adalah dia akan mencarikan orang - orang yang dapat memberikan pelajaran tersebut. Jangan berharap orang yang kita temui nanti adalah guru yang seperti kita bayangkan di pendidikan formal. Akan banyak hal dan orang yang luar biasa akan kita temui untuk mendapatkan hal tersebut. Seperti halnya ikhlas, sebuah pelajaran yang tidak bisa aku ceritakan karena akan aku pahami sendiri dengan orang yang memang dipersiapkan untuk mengajariku akan hal tersebut. Tidak usah dipikirkan terlalu dalam karena hal tersebut akan datang dengan sendirinya dan tak perlu ada undangan. Hanya butuh kesiapan hati yang terkadang tidak selalu siap saat menghadapinya, karena itulah bagian dari kejutan kehidupan yang memberi warna dan sensasinya.

Terkadang aku pun saat menjalaninya memang butuh sebuah kekuatan dari semesta dan mungkin beberapa energi dari semesta pula agar energi yang kita miliki tidak membuat kita lelah, karena seharusnya sesuatu yang baik tidaklah menguras energi kita tapi ia akan membuat energi kita bertambah untuk menerima dan mendapat banyak hal lainnya dari kehidupan. Karena kehidupan akan selalu memberi bonus saat kita bisa menjalani apa yang memang kita harus terima sesuai kemampuan kita.

Sekali lagi tak ada yang sama, frekuensi atau gelombang yang kita miliki tidaklah selalu sama, bisa jadi berbeda atau mungkin juga sama. Tergantung dari pencapaian kehidupan yang dimilikinya. Kita akan menemukan orang - orang yang sama frekuensi atau gelombangnya ketika kita atau mereka paham apa yang telah kita pelajari, bukan waktunya tapi esensinya, semakin kita banyak bertemu dengan orang entah baru atau bukan kita akan selalu mendapat kejutan lain dari kehidupan. Ketika orang lain berada difrekuensi atau gelombang yang berbeda biarkan saja, karena itu kehidupannya. Orang terdekatlah yang akan selalu memberi pelajaran tersebut, tapi bukan berarti kita akan selalu sama frekuensinya, tergantung apa yang ingin kita pelajari. Au ah bingung 😅😅

Tuesday 10 December 2019

Emosi

Mungkin hal ini yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia mempunyai hal ini, atau bisa jadi makhluk lainnya memilikinya.Kita saja yg tidak mengetahuinya. Aku mencoba membayangkan manusia tidak mempunyai emosi seperti makhluk lainnya, pertanyaannya adalah apa yang dibutuhkan manusia dengan adanya emosi??

Benarkah emosi itu mempunyai peranan untuk keberadaan manusia itu sendiri. Apabila emosi itu dibutuhkan manusia mengapa ada manusia lainnya yg reaktif terhadap emosi bahkan menyebabkan kerugian untuk manusia lainnya??

Membayangkan manusia tanpa emosi layaknya kita melihat robot yg tak bereaksi terhadap emosi, ada sisi baik dan negatifnya jg sih. Tapi lepas dari apapun reaksi terhadap emosi, lebih baik bila kita bijak mengendalikannya termasuk diri saya sendiri yang kadang kala reaktif dengan emosi atau perasaan,bila tidak berlebihan mungkin efeknya kecil, yang menjadi masalah atau kendala adalah reaksi terlalu berlebih thdp emosilah yg selalu menjadi kerikil tajam utk diri kita sendiri bahkan mungkin orang lain.