Wednesday 27 October 2021

Penerimaan....

Hal ini berawal dari cerita teman saya tentang perasaan kehilangannya. Dia beberapa waktu yang lalu,mengalami kejadian kehilangan anaknya dalam kondisi yang cukup tragis. Bukan kejadian kehilangannya yg ingin saya ceritakan, tapi bagaimana reaksi kita terhadap sebuah kondisi. Bukan saya bermaksud melakukan judgement, tapi sekedar menunjukkan bahwasanya manusia adalah manusia. Karena saya pun pernah mengalami perasaan kehilangan dan setiap manusia sudah pasti pernah mengalami kondisi kehilangan ini,walau mungkin berbeda kondisi setiap orangnya. 

Tidak ada yang sama persis tentang bagaimana perasaan kehilangan itu dirasakan setiap orang. Beberapa kali teman saya saat bercerita menunjukkan reaksi perasaannya dan menggambarkan bahwa kesedihannya menunjukkan apa yang dirasakannnya. Dan seringkali dia mempertanyakan dan berandai andai bagaimana reaksi orang lain jika berada dalam posisinya. Dan beberapa kali saya mencoba berpendapat bahwa semua orang yang mengalami perasaan kehilangan, pada dasarnya sama. Tidak ada  yang membedakan disebabkan oleh karena tingkatan kehilangan orang tersebut. Semua hanyalah masalah reaksi terhadap perasaan. Karena setiap perasaan adalah sama, sedih ya sedih, bahagia ya bahagia, tidak ada yang sedih vs tll sedih atau gembira vs tll gembira. Karena apapun kondisinya perasaan ya tetap perasaan. 

Saya sampaikan hal tersebut saat teman saya mencoba menjelaskan bahwa kesedihannya adalah wajar, dan memang tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Yang menjadi masalah adalah bila reaksi yang dia pilih untuk larut terlalu lama dengan pembenarannya, bisa jadi hal itu yang merugikan kita sendiri. Dalam artian bahwa perasaan sedih, gembira, kehilangan,kecewa
hanyalah sebuah hal yang akan selalu datang dan pergi sebagai bagian dari kemanusiaan seseorang.

Jadi kita sepertinya tidak berhak untuk membuat penilaian terhadap apa yang dirasakan seseorang atau membandingkannya. Karena perasaan sedih ya sedih saja,kehilangan ya kehilangan saja atau perasaan lainnya. Dengan asumsi bahwa kondisi satu dengan lainnya berbeda, rasanya kondisi apapun ya sama saja hanya reaksinya yang berbeda. Hmmm....susah menjelaskannya ternyata, satu kata yang bisa saya pahami, menerima apa yang memang harus kita terima tanpa menilai dan membandingkannya.


Penilaian...

Pertama kali memahami kata ini, butuh proses. Memahami kata ini butuh drama kehidupan, baik melalui orang lain bahkan diri kita sendiri. Kita diberikan otak yang mempunyai kemampuan analisa yang luar biasa dan memang dibutuhkan untuk beberapa hal.

Oleh karena itu,manusia sering kali melakukan penilaian sebagi hasil kerja otak, dalam proses bertahan hidup seorang manusia. Pada dasarnya,penilaian dilakukan otak untuk memastikan bahwa apa yg ada bukanlah hal yg membahayakan, dalam artian sebagai bagian mekanisme pertahanan diri seorang manusia terhadap hal yg tidak diketahuinya. Sebagai bentuk pengatur rasa aman seorang manusia. Misal ketika kita makan sesuatu yg belum pernah kita makan, atau kita pergi ke suatu tempat, atau bertemu dengan orang yg tidak kita kenal, atau hal lainnya yang tidak kita ketahui, otaklah yang akan bekerja menganalisa hal tsb dan memastikan bahwa hal tsb sesuatu yang baik, benar, aman atau bukan hal yang harus ditakuti.

Otak kita secara mudah melalui visual, audio bahkan semua indera kita berfungsi untuk melakukan penilaian. Hal ini dibutuhkan otak dalam bekerja utk merespon sesuatu. Tanpa proses tersebut, betapa sulitnya seorang manusia utk membedakan sesuatu hal dengan hal lainnya. Tapi ada kalanya penilaian itu, tidak selalu bermanfaat bagi kondisi manusia itu sendiri. Karena tidak ada penilaian yg merupakan hasil mutlak.

Dan sebuah kebijaksanaan dibutuhkan saat otak bekerja untuk menilai sesuatu. Seringkali penilaian tidak dibutuhkan oleh kehidupan itu sendiri. Dia ada, kadangkala hanya muncul karena ego diri dan rasa takut.

Hidup selalu memiliki hal diluar prediksi..

Friday 1 October 2021

Manipulatif...

ma·ni·pu·la·si n 1 tindakan untuk mengerjakan sesuatu dengan tangan atau alat-alat mekanis secara terampil; 2 ki upaya kelompok atau perseorangan untuk memengaruhi perilaku, sikap, dan pendapat orang lain tanpa orang itu menyadarinya; 3 ki penggelapan; penyelewengan: -- uang proyek di instansi itu telah diperiksa oleh Bepeka;
-- psikologis usaha memengaruhi individu dengan mengendalikan segala keinginan dan gagasan yang ada di bawah sadar, juga menggunakan sugesti. Ini adalah definisi manipulatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dan manipulatif merupakan kata sifat.

Jadi secara harafiah manipulatif adalah sebuah tindakan yang dilakukan dengan usaha mendapatkan sebuah tujuan yang harus dicapai.

Ada beberapa konotasi negatif terkait kata manipulatif ini, karena manipulatif secara langsung dilakukan untuk memenuhi keinginan sang pelaku manipulatif tersebut demi tujuan yg ingin dicapai. Sebenarnya untuk goals yg ingin dicapai dari sebuah tindakan manipulatif, bukanlah sebuah masalah bila dilakukan tanpa dampak yang negatif. Yang menjadi masalah adalah tindakan manipulatif akan di benarkan walaupun salah secara nilai atau norma yang berlaku. 

Lepas dari apakah tindakan manipulatif dibenarkan atau tidak, alangkah bijak jika perilaku manipulatif tidak merugikan kepentingan lain atau orang lain.