Thursday 22 March 2012

Statusku Janda...

Jadi inget mau cerita sesuatu,kemaren aku ngobrol dengan teman kerja baruku,karena baru hari ini kita ketemu.Singkat cerita,kesan pertama ramah dan cantik.Semoga bisa diajak kerjasama yang baik.
Awalnya canggung juga karena aku agak susah basa basi,kadang kadang kalau terlalu akrab aku suka lupa batasan.Makanya setiap awal ketemu aku lihat situasi dulu, takut malah bikin orang sakit hati he he he

Ternyata  yang memulai percakapan dirinya dan dia yang banyak bercerita dan aku hanya menanggapi sesuai pertanyaan saja.Sebenarnya aku sudah sedikit mendengar dari beberapa temanku tentang teman baruku ini,tapi aku kan belum pernah ketemu langsung jadi buatku kalau belum bertemu dan berbicara dengan orangnya langsung agak susah memberi kesan,dan akhirnya aku ketemu juga.Intinya buatku Eneng anak yang ramah dan sangat cantik.

Tapi ada satu hal yang membuatku sedikit kaget saja,dia bercerita kalau dia divorce.Aku tahu hal itu saat dia bertanya padaku apakah aku sudah menikah dan aku jawab,”belum...emang kenapa?”

Kemudian dia langsung berkata,”gak teh,cuma tanya...berarti saya penikahan dini yah?”.

Aku kemudian bertanya,”emang kamu menikah umur berapa?”.Sedikit ingin tahu karena ia berkata seperti itu.

Sambil tersenyum Eneng berkata,”dua puluh satu...”.

Aku terdiam sesaat.

“Anak kamu berapa?”,lanjutku bertanya.

“Dua...satu umur tiga tahun dan satunya dua tahun,perempuan semua teh,”lanjut Eneng.

“Sekarang sama siapa?”,lanjutku kemudian.

“Sama aku tapi kalau kerja diasuh mamah...”,lanjut dirinya.

“Sekarang umur kamu berapa Eneng?”,aku melanjutkan pertanyaanku.

“27...teh,”dia menjawab pertanyaanku.

Setelah itu dia sedikit bercerita tentang dirinya dan sedikit pengalaman hidupnya,walau pastinya ceritanya tak akan banyak karena kita baru bertemu,pasti ada hal hal yang tak akan ia ceritakan padaku dan aku juga tak akan banyak bertanya walau pada kenyataannya aku sangat ingin banyak bertanya dengan dirinya.

Berarti kamu “Janda”,itu hanya perkataan dalam hatiku.

Karena itu yang kemudian muncul dalam pemikiranku.

Status itu sudah menempel dengan dirimu,entah suka atau tidak sepertinya dirimu paham akan hal ini.Dirimu memang bercerita tentang penyebab perpisahan kalian tapi bukan hal itu yang menjadi pemikiranku,toh hal itu sudah menjadi kesepakatan kalian.

Usiamu baru 27 tahun,seorang perempuan cantik,sangat cantik menurutku.Tapi berbanding terbalik dengan kenyataan yang kamu jalani.Apapun alasannya aku sedikit kecewa dengan perpisahan kalian.Tapi itu hidupmu dan pilihanmu .Aku membayangkan kedua anak lucumu walau aku belum bertemu dengan mereka.

Entah bagaimana perasaan mereka yang masih sangat kecil harus merasakan hal tersebut.Aku juga tak berhak menilai keputusan yang sudah diambil oleh kedua orangtuanya.Mungkin karena aku bukan berasal dari keluarga yang terpisah jadi agak susah menerima hal ini.

Setiap keputusan ada penyebab dan alasannya.Mungkin hal ini juga terpaksa harus dilakukan dan pastinya sudah diperhitungkan dengan baik.Apa mungkin seperti ucapan Eneng padaku.”berarti saya pernikahan dini?”.

Tapi sepertinya aku tak terlalu setuju 100 persen dengan kata katamu,teman.Mungkin ada benarnya sebagian, tapi toh ada beberapa hal yang tidak terjadi sama,toh ada temanku yang menikah saat berusia 20 tahun dan sampai saat ini baik baik saja kelihatannya.Entahlah apa yang terjadi pada kalian.Tapi apapun itu,perpisahan hanya membuat daftar panjang anak anak yang harus kehilangan haknya untuk mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya.Dan mungkin merasakan kebingungan hidup akan pertanyaan pertanyaan yang nantinya harus mereka cari sendiri jawabannya.
Yang jelas sekarang stempel dan status itu sudah menempel dengan dirimu dan kebetulan dirimu adalah wanita,dan semua menjadi berbeda.Kenapa kalau hal ini terjadi pada wanita semua menjadi berbeda yah?

Aku gak tahu apakah aku harus kasihan dengan dirimu atau harus bagaimana?Mungkin dirimu sekarang bahagia atau sedih,aku juga tidak tahu.Yang jelas anak akan selalu menjadi korban akan sebuah perpisahan.Tapi aku juga bingung kalau kenyataannya mengharuskan sebuah perpisahan.Bisakah orangtua yang harus berkorban untuk anak anaknya?

Tapi lepas dari itu semua semua keputusan atau tindakan pasti ada sebab dan akibat,mungkin aku memang  tidak tahu penyebab pastinya.Yang jelas hidup harus terus berjalan dan skenario hidup akan selalu dibuat...

No comments:

Post a Comment