Thursday 16 February 2012

Pesona Selimut Halimun Gunung Sunda...

                                                 


 

Sebenarnya bingung bagaimana mengawali cerita ini,idenya agak sulit untuk muncul.Karena untuk gunung sunda aku sama sekali tidak mempunyai literatur yang cukup bisa aku baca.Kalau dibilang tidak tertarik juga sepertinya tidak mungkin,karena buktinya aku akhirnya memutuskan untuk melihat langsung semuanya.Yang jelas informasi yang aku dapat gunung ini masih kuat diliputi oleh nuansa mistis dan katanya masih terdapat beberapa artefak peninggalan sejarah.

Perjalanan dimulai pagi hari karena rencana kami memang tidak menginap,dan aku hanya mengikuti semua rencana yang sudah dibuat.Dengan penghitungan waktu tempuh yang katanya hanya 4 jam untuk mencapai puncaknya,akhirnya kami memutuskan untuk tidak menginap alias pulang pergi saja.Jadi perjalanan kami ke gunung sunda tanpa mempersiapkan peralatan menginap standar dan paket yang lainnya,hanya logistik dan rain coat plus baju ganti.

Aku sama sekali tak ada keinginan apapun hanya ingin melihat saja seperti apa gunung sunda.Cuaca pagi itu sedikit mendung karena hujan baru saja turun pada malam harinya.Tapi lumayan untuk awal pendakian karena pastinya tidak banyak terjadi pembakaran kalori,bisa hemat air nih.

Semakin mendekati gunung sunda suasana yang aku dapatkan dan aku rasakan sedikit berbeda saja,rasanya seperti aku pertama kali baru naik gunung saja he he he.Ditambah selama perjalanan menuju kaki gunung sudah terlihat kabut yang lumayan tebal menghiasi sebagian badan gunung.Dan seperti menyambut kedatangan kami pagi hari itu.

Pokoknya perasaan itu susah untuk aku ceritakan,padahal saat hendak berangkat aku sama sekali tak ada perasaan apapun seperti pendakian biasa saja.Dan aku pergi ke bawah kaki gunung sunda juga bukan yang pertama kalinya.Benar benar nuansa yang beda atau aku yang terlalu berlebihan saja kali yah.
Atau aku sedikit ketakutan saja?Hmmm....

Sampai juga akhirnya kami dibawah kaki gunung sunda lebih tepatnya di kawasan wisata curug cijalu sebagai awal pendakian dan kami anggap pos pendakian saja.Cuaca mendung dan kabut yang sudah mulai turun, mengiringi awal pendakian kami, jam menunjukkan pukul.08.30 WIB dan pendakian itu dimulai dengan jalur yang kami masuki melalui sebuah sungai kecil yang mengalir diawal perjalanan kami.

Dari cerita yang didapat dari pemilik warung yang sempat kami tanyakan perjalanan bisa ditempuh sekitar 3 jam,tapi detailnya apakah jalur cepat atau lambat?Tapi pemikiranku dengan ketinggian kurang lebih sekitar 1800 mdpl, pastinya jarak tempuh seperti itu dengan jalur cepat dan trek yang pastinya lumayan terjal.

Selama perjalanan kabut yang mengiringi kami semakin tebal dengan jarak pandang tidak lebih dari 3-5 m.Semakin naik keatas,pepohonan yang tumbuh lumayan rapat dan banyak lumut tumbuh dengan subur disini.Ciri hutan yang masih lumayan alami.
                                         
Walau pemandangan tidak bisa kami nikmati dengan sempurna karena terhalangi oleh kabut,suasana hutan yang sepi membuat aku menikmati kesunyian itu.Aku selalu terpesona oleh kesunyian dan suara binatang hutan yang mengiringi langkah kaki kami.
                                              

Tak terasa kami sampai disebuah tempat yang menarik untuk berfoto karena banyak terdapat akar menggantung dan karena kabut lumayan tebal dan jarak pandang kami semakin terbatas, kami tidak bisa melihat daerah sekitar dengan jelas.Kami tidak sadar kalau sudah sampai disebuah tempat yang banyak dituju orang untuk berziarah.Aku hanya mendengar seperti ada orang yang mengobrol dan bercerita tapi karena kabut menghalangi pandangan kami,kami tidak tahu posisi mereka.

Kami mencoba berteriak dan ternyata direspon oleh mereka.Jadi benar memang ada orang lain disini.Kami menghampiri mereka dan tampak sebuah saung yang dijadikan warung kecil untuk berjualan dan ternyata jarak mereka tak lebih dari 10 meter saja dari tempat awal kami berfoto.Mungkin mereka melihat aksi kami berfoto tadi yah,narsis pikir mereka?ha ha ha
                                            

Kami berisitirahat di warung tersebut(warung pak Acep) dan jam menunjukkan pukul 10.35 WIB kurang lebihnya.Dan ternyata disini sudah banyak orang yang lebih dahulu datang sebelum kami.Sangat ramai disini,lebih seperti perkampungan penduduk saja,karena banyak saung saung yang sengaja didirikan disini dan orang lalu lalang keluar dari saung masing masing.Sambil berisitirahat sejenak dan mengobrol dengan beberapa orang yang ada dan bertanya beberapa hal,kami mendapatkan informasi kalau disini memang tempat orang yang sengaja datang kepetilasan untuk sekedar berkunjung karena memang mereka mengangap perlu untuk kembali kesini atau sengaja mempunyai niat tertentu.
                                          
Entahlah,semuanya dikembalikan pada diri masing masing saja.Bukan kapasitasku untuk memberikan penilaian,aku hanya melihat  saja.Tapi tempat ini buatku menjadi lebih menarik dari segi letak saja,secara tofografi saung saung terletak seperti disebuah lembah dan dikelilingi sebuah aliran sungai yang mengitarinya kalau kita mencoba memperhatikan akar akar pepohonan tampak menjuntai hingga kebawah persis film film yang pernah aku tonton seperti Tarzan atau Indiana Jones.Dan yang menarik lagi adalah suasana tempat tersebut yang sulit aku lukiskan dengan kata kata,apalagi kabut saat itu benar benar lumayan tebal,satu kata yang bisa aku deskripsikan untuk tempat ini “EKSOTIS”.

Itu sudut pandangku, terlepas dari hal hal yang ada dan mitos yang berkembang untuk tempat ini.Aku saat itu hanya berusaha memperhatikan suasana yang ada dan mencoba berimajinasi dengannya,apalagi saat hari mulai senja dan kabut semakin tebal suasana yang aku dapat seperti dalam sebuah dimensi lain yang tak terkatakan (lebay deh)

                                             
Dan ketika seorang ibu bercerita kalau rombongan mereka sudah sekitar 4 hari berada di gunung sunda untuk merapihkan jalur yang ada hingga puncak dan mereka sudah menancapkan sebuah bendera merah putih disana.Prediksiku usia ibu itu sekitar diatas 40 tahun mungkin mendekati 50 tahun,tapi masih tampak muda dan cantik dan beliau bernama ibu Miranda.Salut juga buat ibu yang satu ini yang masih punya semangat untuk melakukan sesuatu dan naik keatas puncak gunung walau dengan alasan apapun dan pastinya demi sebuah tujuan(mereka berasal dari sebuah komunitas, namanya kalau aku tidak salah Kalender Sunda).Sedangkan aku belum tentu bisa seperti beliau he he he
                                          

Tempat inilah,yang menjadi sumber inspirasiku untuk menulis cerita ini dan memang ternyata tempat ini bercerita banyak hal dalam pemikiranku.Dan sepertinya aku harus menuliskan cerita khusus untuk tempat ini.

Perjalanan akhirnya kami lanjutkan setelah beristirahat kurang lebih 20 menit.Jam menunjukkan pukul 11.00 WIB saat kami mulai berpamitan untuk meneruskan perjalanan.Dan kami sempat bertanya pada mereka waktu yang mungkin kami butuhkan untuk sampai dipuncak,” sekitar 2 jam,jadi jam satu sianglah sampai,”Pak Acep mencoba menjawab pertanyaan kami.

Trek yang kami tempuh mulai menanjak,karena jalur keatas puncak sudah dibersihkan oleh komunitas ibu miranda,sehingga mempermudah kami tentunya.Karena  kalau dibayangkan sebelum dibersihkan mungkin jalur yang akan kami lewati pastinya tertutup oleh rimbunnya semak,jadi kami beruntung saat itu.”Terimakasih ibu Miranda dan yang lainnya.”

Setelah kurang lebih 30 menit berjalan kami tidak sengaja menemukan sebuah gua dan mata air.Mungkin karena kabut,kami tadinya tidak sadar kalau ada sebuah gua,rasa penasaran saja karena di sebelah kanan kami tidak jelas tempat apa awalnya.Kami mencoba naik dan mencari tahu apa itu, setelah didekati ternyata sebuah gua alami.Kami mencoba masuk semakin dalam melewati sebuah pintu gua yang lumayan sempit dan kami harus sedikit menunduk dan berjongkok untuk masuk kedalamnya.Cukup sempit karena hanya bisa dilewati satu persatu,dan ketika sampai didalampun kami hanya bisa berjongkok karena celah gua pendek tapi lumayan lebar bisa dimasuki lebih dari 5 orang sepertinya, ditambah banyak batu batuan terdapat didalam gua.Karena aliran air sepertinya berada diatas gua dan masuk melewati beberapa celah dibawahnya jadi muncul beberapa mata air yang jatuh seperti pancuran,ada yang lumayan deras dan ada yang kecil saja.Tapi lumayan segar dan dingin,pastinya air seperti ini bisa bikin awet muda nih (pemikiranku saja) lumayan buat cuci muka toh gak ada ruginya kan?Aku tidak mengeksplore banyak untuk gua ini kecuali mas agus sepertinya penasaran tuh,selamat mimpi yah he he he
 

Perjalanan kami lanjutkan setelah sesaat masuk kedalam gua yang tak jelas namanya.Dan kami akhirnya menemukan sebuah saung lagi dan tampak beberapa orang sedang beristirahat didalamnya.Berjalan sedikit keatas kami menemukan saung dan entah sebuah makam atau apalah yang sepertinya juga dijadikan tempat melakukan ritual.Aku tidak terlalu tertarik jadi hanya melihat saja.

Tidak jauh dari saung tadi ada sebuah saung lagi yang saat kami datangi kosong dan berisi sebuah tenda dome saja.Tapi yang menarik justru dimulai dari tempat ini,karena kami melihat banyak tumpukan batu batu yang memang sepertinya dibuat dan tampak ada beberapa tulisan yang terpahat? dan apakah ini benar benar peninggalan sejarah butuh penelitian atau malah memang sudah diteliti?

 
Semakin keatas kami menemukan banyak batu yang menarik perhatian kami,mungkin ini sebuah situs?Karena dari cerita yang kami dengar dan berkembang daerah gunung sunda ini dahulu menjadi petilasan prabu Siliwangi.Dan kalau memang benar siapa tahu memang ada peninggalan sejarah disini.

Perjalanan kami lanjutkan dengan tanjakan yang lumayan menguras tenagaku hingga kami menemukan sebuah saung lagi,dan saat kami mencoba masuk kedalamnya saung ini memiliki perlengkapan masak yang cukup untuk ditinggali dan tampak kalau biasa ditinggali.Ditambah saat kami masuk bau asap kayu bakar bekas orang memasak sesuatu tercium oleh hidungku.Jadi aku berpikir memang tempat ini tempat tinggal dan ternyata kami salah,tak ada orang yang kami temukan ditempat ini.
                                          
Akhirnya kami memutuskan berisitirahat sebentar ditempat ini sambil makan nasi bungkus yang sudah aku persiapkan tadi pagi,jam menunjukkan pukul 1 siang,berarti kami sudah berjalan kurang lebih 2 jam dan masih belum menemukan puncak itu.Kami memilih makan diluar saung saja,karena tak ada pemiliknya kami tak berani makan didalam.Tapi suasananya malah lebih nikmat makan diluar sini,kata mas agus ibu warung yang ada dikawasan wisata cijalu sempat bercerita kalau gunung sunda sumber air.Dan aku cukup setuju dengan pendapatnya, karena selama perjalanan kami hingga ditempat ini pun aliran air begitu mudah kami dapati. Bahkan disamping tempat kami makan sengaja dibuat air pancuran sehingga banyak hal bisa dilakukan disini,padahal kami tidak menemukan langsung hulu sungai.Sambil menunggu mas agus sholat aku mencoba memperhatikan suasana sekitar,sunyi sudah sangat jelas tapi entah suasana apa yang tak bisa aku ceritakan.Lumayan menarik dalam imajinasiku.

Kamipun berjalan kembali karena rencana awal kami tidak akan menginap digunung ini,jadi waktu harus kami perhitungkan dengan baik.Jalur keatas semakin menguras tenagaku dan lumayan terjal,beberapa kali aku harus mengatur pernafasanku dan jalur yang baru dibersihkan membuat tanah  menjadi gembur dan sedikit menyulitkan pijakanku.Tapi ini semua harus berakhir diatas puncak,sayang kalau kami harus berhenti sampai disini,semoga puncak tidak jauh lagi,doaku kurang lebih seperti itu.

Setelah akhirnya menemukan dua persimpangan,memilih jalur yang kekanan sesuai petunjuk tadi kami melewati sebuah punggungan bukit dan ada sebuah tugu atau patok perbatasan sebelum puncak.Dan kami melewati sebuah tempat yang katanya dari sini pemandangan yang terlihat bisa melihat situ lembang dan perumahan anggota kopassus yang ada dibawahnya.Dan aku bisa membayangkan hal tadi,tapi sayang kabut cukup tebal dan hanya dalam imajinasiku saja.
                                           

Akhirnya kami menemukan sebuah bendera yang tadi diceritakan oleh ibu Miranda sebagai bukti mereka telah melakukan tugas mereka.Dan kamipun sudah melakukan tugas kami mendaki gunung sunda hingga puncak.Dan dibawah bendera merah putih terdapat sebuah tugu kenangan sepertinya,karena ada sisa taburan bunga atau hanya sebuah simbol.Karena tak ada tulisan yang terdapat diatasnya seperti layaknya prasasti kenangan,mungkin hanya tanda puncak tertinggi gunung sunda.Jam menunjukkan pukul.14.30 WIB jadi kami berjalan kurang lebih 5 setengah jam hingga sampai dipuncaknya dan angin diatas sini terasa lumayan kencang,padahal pepohonan disini masih banyak tumbuh.Pantas saja ibu Miranda sempat berpesan beberapa hal pada kami,dan sepertinya kami juga tak ingin berlama lama dipuncak ini.Waktu semakin sore dan kami harus segera turun dari atas sini,agar tidak terlalu kemalaman dijalan.Itu rencana awal kami...

No comments:

Post a Comment