Thursday 9 April 2020

Misa dan Perayaannya...

Hari ini adalah salah satu rangkaian misa suci dalam keyakinan agama Katolik, dan kemudian saya tertarik menùliskannya. Karena saya mengikuti misa dirumah melalui media televisi sesuai anjuran karena wabah Corona yang masih berlangsung. Ada yang yang sangat berbeda dalam misa tersebut. Pertama misa yang disiarkan tanpa jemaat di gereja,karena kami berada dirumah masing - masing. Selanjutnya adalah pakaian karena misa malam hari dan jam saya tidur jadi pakaian yang saya gunakan adalah pakaian tidur, dan semoga tidak menghilangkan esensi dari ekaristi itu sendiri. Sepertinya kalau bukan dalam kondisi wabah ini, tidak mungkin saya bisa memakai pakaian tidur tanpa hujatan 😅
Hampir tanpa make up dan tak ada asesoris yang harus saya pikirkan. Ini baru saya pribadi, entah yang lainnya mungkin berbeda dengan yang saya lakukan.

Tapi buat saya pribadi maknanya malah lebih berarti saat ini. Ketika kesederhanaan muncul itulah paskah sebenarnya, bukan hiruk pikuk atau hingar bingar yang mungkin diinginkanNya. Tuhan berbicara lain melalui hal ini. Ketika perayaan agung keagamaan terjadi, biasanya akan banyak ritual yang dilakukan dalam bentuk ceremonial. Dan panitia gereja akan sibuk sebelum perayaan itu sendiri. Tak ada yang salah dengan perayaan itu atau dengan orang - orang yang menyiapkannya. Tapi ada sesuatu yang hilang ketika kita melebih - lebihkannya, karena sebuah kebiasaan atau ritual sebelumnya.

Paskah adalah pemberian cinta kasih yang tulus yang nilainya lebih dari perayaannya itu sendiri pada awalnya. Tapi berjalannya waktu manusia menciptakan versinya masing - masing dan akhirnya berkembang sampai saat ini menjadi ritual atau kebiasaan yang berlebihan dan konsumtif termasuk saya sendiri melakukannya....

Orang akan mencoba memberikan yang terbaik dalam penampilan diri atau apapun dengan pembenaran masing - masing, tak ada yang salah juga dengan hal itu. Sah - sah saja dengan alasan masing - masing bukan?

Tapi ketika semua itu berawal muncul dari keberadaan sebuah virus yang sangat kecil, bentuknya tapi merubah semua hal yang besar nampaknya. Ketakutan muncul tanpa sadar dan ini juga sempat saya alami, takut mati atau takut apapun. Sehingga menyebabkan logika kadang kala tidak bisa lagi bekerja. Manusia tidak lagi bisa menyentuh atau bersentuhan satu sama lainnya, bahkan mungkin berjarak satu dengan lainnya. Jadi manusia dalam beberapa waktu saling menjauh dengan sadar. Dan kemudian apa yang terjadi? 

Apakah manusia tersadar apa yang sebenarnya diberikan atau diajarkan virus ini? Banyak yang diberikan akibat efek penyebarannya yang begitu cepat hingga semua orang kebingungan sesaat. Karena ketika akhirnya manusia sadar apa yg diajarkan virus ini, manusia akan tahu apa yang nantinya akan dilakukannya. 

Seperti juga dengan misa dan perayaannya. Tak ada lagi kemegahan sebagai bentuk alasan pembenarannya, mengajarkan apa itu paskah. Semoga dalam kesederhaan tidak akan merubah esensi paskah itu sendiri, malah sebaliknya akan memberikan nilainya tersendiri. Dan semoga ditahun selanjutnya walau sudah tidak ada virus corona kebiasaan baik atau ritual baik lainnya tetap berjalan karena sudah menjadi kebiasaan dan menjadi perilaku lebih baik lagi...

1 comment:

  1. aku juga kalau lagi ibadah di bedroom misalkan, pakaian aku ya biasa aja, maksudnya ga yang sesuatu kalau lagi ke rumah ibadah. tapi jujur aku bener2 suka kalau liat ada orang yang ibadah (shalat) di masjid, terus pakaiannya pakaian casual atau traveling gitu, ga yang dikhususkan pake baju koko atau gamis (muslim). memang si kalau pas di dalem masjid keliatan beda, atau kayak nggak ada persiapan. tetapi aku liatnya lain lagi. aku si meliatnya untuk bertemu Tuhan, ga harus ganti busana, selama itu terlihat keren dan tidak menyalahi aturan agama, silakan saja.

    ReplyDelete