Tuesday 27 August 2013

Tambora sebuah Perjalanan Yang Mengagumkan...

 
Perjalanan menuju puncak Tambora...

Diawali dari sekretariat HUMPA di gedung pemuda kabupaten Dompu, menggunakan truk dan ternyata lumayan banyak yang berencana merayakan 17 agustus di puncak Tambora. Kegiatan ini diikuti oleh beberapa komunitas pencinta alam. Dan perjalanan ini sepertinya akan menyenangkan.

Perjalanan menuju dusun pancasila dari daerah Dompu membutuhkan waktu sekitar 4 jam, dimulai sekitar pukul.1 siang WIB (+ 1 jam) .Sepanjang perjalanan merupakan pemandangan yang eksotis dimana kita dapat melihat hamparan padang sabana yang dipenuhi beberapa kumpulan hewan ternak seperti sapi, kuda, dan kerbau yang berkeliaran bebas tanpa di tunggu pemiliknya. Disini pemilik ternak hanya melihat ternak mereka 1 atau 2 bulan sekali tanpa harus takut kehilangan.

Hingga kami beristirahat di tepi pantai Hodo ( kalau tak salah mendengar). Uniknya pantai ini ada mata air yang keluar di dekat pohon besar dan saat membasuh mukaku aku mencoba merasakan air yang keluar rasanya memang asin (namanya juga tepi pantai) tapi kok bisa muncul mata air?? Harusnya aliran air tawar baru asin di lautan he he he ( ngaco tingkat tinggi...).

Perjalanan kami lanjutkan dengan masih melewati padang sabana  pada sebelah kiri jalan, semakin keatas tampak pemandangan laut yang memukau. Ditambah semakin senja lereng utara tambora memberi pemandangan sunset yang menawan. Andai saja bisa berhenti dan mengabadikan momen ini rasanya... tapi sudahlah melihat dan menikmati saja sudah lebih dari cukup, kenapa aku meminta lebih. Cukup disimpan dalam memori otak saja  he he he

Dusun pancasila, Desa Tambora.

Merupakan titik awal pendakian menuju puncak Tambora yang berada
diketinggian sekitar 775 mdpl. Kami tiba saat hari mulai senja, lapangan luas menjadi tempat pemberhentian kami. Memasuki rumah bang saiful atau yang sering disebut bang ipul dan sering dijadikan tempat peristirahatan sementara sebelum memulai pendakian. Beberapa sudah mulai mendirikan tenda di berbagai tempat hingga sekitaran lapangan.

Kebetulan mba Novi dan bu Tuti teman yang semula akan menjadi teman pendakianku sudah lebih dahulu mendaki Tambora jadi aku tak mungkin menyusul mereka. Hari sudah malam dan rencana pendakian akan dimulai esok hari. Saatnya istirahat dan menyesuaikan diri. Disini banyak cerita, yang sepertinya terlalu panjang kalau harus aku tuliskan. ( Tidur di tenda...zzzzzz ).
 
Pukul.08.45 WITA.

Pendakian menuju puncak tambora dimulai. Perjalanan dari sinilah yang merupakan perjalanan yang cukup panjang hingga menuju pos 1. Awal perjalanan kami harus melewati jalanan cukup lebar yang merupakan jalur kendaraan truk pengangkut hasil ladang kopi dan mungkin kayu. Disini kalau ada yang mau menggunakan ojeg hingga portal tak ada yang melarang kok he he he

Kanan dan kiri dipenuhi pohon kayu dan ladang kopi milik penduduk atau perusahaan. Dari buku yang aku baca sejak tahun 1980 daerah disini memang dibuka perkebunan kopi dan beberapa perusahaan kayu membuka lahan di kaki tambora. Dan jelas kalau memang aktifitas perkebunan kopi menjadi ciri khas masyarakat yang berdomisili di dusun pancasila.

Sebelum sampai Portal aku diajak bang Tiran melewati sebuah kampung Bali yang ternyata di sini terdapat sebuah Pura yang menjadi tempat beribadah mereka. Aku sempat mampir dan foto dengan beberapa orang, ternyata kami ditegur seorang ibu tidak boleh foto foto karena akan ada ritual upacara nanti. Wah, aku tidak tahu kalau akan ada acara ibadah aku hanya ingin melihat Pura ditengah hutan dari dekat saja. Mohon maaf kalau ada yang tidak berkenan dengan ketidaktahuanku. Pura yang indah.                    

Hampir satu jam kemudian kami sampai di shelter yang di sebut Portal ( jam 09.50 WITA ).Lumayan sebagai pemanasan dan ternyata disini merupakan pertemuan dari dua jalur karena ada beberapa teman teman dari daerah Calabai  yang beristirahat bersama.

Selanjutnya perjalanan mulai memasuki ladang kopi dengan banyak pepohonan kayu yang ditebang ( ilegal loging??? ). Agak membosankan pemandangan disini karena sejauh mata memandang kopi dan kopi serta bonus rimbunan semak belukar berduri tajam ( Padahal bajuku sudah berlengan panjang masih saja cubitan manis itu terasa he he he ). Dan ternyata perjalanan dari sini hingga pos 1masih lumayan panjang, sekitar 2 jam lebih kami baru sampai di pos 1. Jam menunjukkan pukul.12.45 WITA saat kami beristirahat di pos 1( sebuah pos dengan bangunan dari kayu dibangun seadanya disebelah kiri jalur dan banyak potongan kayu yang bisa dijadikan tempat beristirahat sejenak.
Disini juga sering disebut pos pipa bocor, karena terdapat persimpangan pada pos 1, bila kita berjalan terus kearah sebelah kanan sekitar 50 meter kemudian akan menemukan pipa air yang bocor dan ditampung dalam bak (mungkin ini sebabnya dinamakan pipa bocor). Dan kami beristirahat lumayan lama disini sambil makan mie sayur daun pakis buatan bang son gimbal. Nikmatnya...

Perjalanan aku lanjutkan bersama lia dan mut disusul bang son, setelah kami beristirahat hampir satu jam. Aku berpikir jalan kami lebih lama jadi lebih baik curi start, biar bisa istirahat di pos 3 lumayan lama. Ternyata, perjalanan dari pos 1 menuju pos 2 masih membutuhkan waktu yang lumayan walau tidak sepanjang menuju pos 1. Disini mulai memasuki vegetasi hutan rimba tambora yang kanan dan kiri dipenuhi semak belukar berduri yang terkadang tanpa sengaja melukai bagian tangan kami (sentuhan sayang Tambora he he he). 
 
Jalur mulai sempit karena semak belukar semakin rapat memenuhi jalur yang kami lewati menuju pos 2. Dengan trek yang mulai menanjak tapi masih termasuk landai, kami harus menempuh waktu sekitar 2 jam menuju pos 2. Ternyata tanpa sadar aku dan lia berjalan terlalu cepat dan baru tersadar saat sepanjang jalur kami hanya berdua tanpa bertemu teman yang lainnya ( beruntung hari masih terang kalau malam hmm...). Dan ciri khas bila kita sudah dekat dengan pos 2 adalah suara  air sungai yang bakal kita dengar dengan disertai turunan tajam yang bakal menghantar kita sampai disebuah shelter yang cukup terawat. Di pos 2 terdapat sebuah shelter dengan sebuah pohon kayu besar berada didekatnya dan terdapat sungai yang sangat jernih dibawahnya.
 
Rasanya tempat yang sangat nyaman untuk beristirahat, dan saat itu memang banyak orang beristirahat bersama kami. Kami tiba sekitar pukul.16.30 dan menunggu beberapa teman sholat ashar, tempat ini tampak berbeda suasananya mungkin karena berada ditengah hutan rimba yang rapat dan banyak sekali pohon pohon besar tumbuh disekitarnya. Kesannya gimana gitu, padahal saat itu banyak teman teman yang beristirahat juga ( mulai aneh deh he he he ). Disini kami tidak terlalu lama karena berusaha mencapai pos 3 tidak terlalu malam, dan aku, lia, mut serta bang son ternyata sama sama menyimpan head lamp dan senter pada tas lainnya. Tapi aku tadi beruntung dipinjami eit salah ding diberi korek gas yang sekaligus bisa menjadi senter oleh mas mas yang juga beristirahat bersama kami. Lumayan kalau kemalaman gak kayak sibuta dari goa Tambora he he he

Setelah pos 2 kami harus menuruni sebuah jalur yang cukup curam melewati aliran sungai opi yang sangat jernih dan berbatu. Kemudian sedikit melipir dan mulai menanjak menuju pos 3. Perjalanan dari pos 2 menuju pos 3 inilah yang menurutku menjadi sebuah perjalanan yang lumayan panjang dan mulai menguras tenaga. Karena jalur sepertinya mulai menanjak dan beberapa sedikit curam walau masih bisa ditoleransi. Mut yang mulai kelelahan ditemani bang son dan lia, aku mulai berjalan sedikit cepat karena tak ada senter yang aku pegang, dua korek gas yang aku minta tadi sudah aku berikan bang son dan lia agar bisa dijadikan lampu penerang. Karena sudah sangat pasti kalau kami pasti kemalaman dijalur.

Akhirnya aku bertemu dengan empat orang teman dari calabai yang bakal menuntun aku hingga pos 3 (lia,mut aman dikawal bang son..). Menuju pos 3 adalah perjalanan yang lumayan seru karena disini banyak sekali pohon besar tumbang yang bakal merintangi perjalanan kami menuju pos 3. Kalau pohon yang tumbang kecil mungkin tidak masalah tapi ini pohon yang besarnya bisa 2 atau 3 x badanku. Ditambah malam hari jadi semakin seru saja perjalanan panjang menuju pos 3 ini. Pokoknya melangkah dihutan Tambora siap siap melangkah panjang, karena kaki kita akan sangat sering melangkahi pohon besar yang tumbang (lebih seringnya sih memeluk pohon tumbang he he he). Satu kata yang aku bisa katakan Tambora = pohon tumbang. Dijalur inilah kami sempat dihibur sedikit dengan sunset Tambora, walau sebentar karena menghilang seiring dengan rimbunnya pepohonan.

Dan disinilah aku bertemu mbak novi, bu tuti yang sudah lebih dahulu mencapai puncak Tambora pagi dinihari tadi. Walau malam aku bisa menebak bahwa mereka adalah rombongan mba novi dkk, karena kebanyakan pendaki saat itu adalah pendaki asli daerah Dompu dan sekitarnya. Untuk pendatang akan jelas berbeda dari bahasa yang digunakan. Saat aku mendengar percakapan menggunakan bahasa Indonesia dan perkiraan bahwa malam ini mba novi dan bu tuti pasti akan berada dijalur yang aku lewati.

Trek tetap menanjak dengan disertai jalur yang tetap dengan rimbunnya semak terlebih saat mendekati pos 3. Aku jadi teringat kata kata bang son, kalau sudah melewati ilalang berarti sudah dekat pos 3. Dan ketika jalur semak mulai aku lewati, pikiranku langsung “pos 3 diatas” ( ya iyalah pasti diatas). Aku sempat berujar pada keempat abang tadi,” udah deket nih bang, banyak ilalang.” ( sok tahu tingkat tinggi )

Dan ternyata masih harus berjalan melalui semak belukar yang rimbun dan ilalang  yang lumayan tinggi sekitar 10 menit lebih baru kami sampai dipos 3. Ternyata pos 3 sangat ramai, seperti pasar malam saja. Tenda sudah banyak berdiri disepanjang jalur yang kami lewati. Dan akhirnya aku bertemu tenda  teman teman yang lebih dahulu sampai disini. Bang john dan kawan kawan sudah menanti disini, dan aku kemudian disuguhi energen karena aku tidak minum kopi he he he.
Api unggun tampak menyala disekitaran tenda, rasanya aku mungkin akan bingung kalau harus mencari tenda teman he he he

Jam menunjukkan pukul. 19.35 WITA saat kami sampai di pos 3. Dan kami beristirahat sambil menikmati segelas energen hangat dan api unggun serta bintang bintang yang tamapak semarak menghiasi langit malam. Aku rebahan direrumputan sambil menikmati sajian langit malam penuh bintang. Tambora menantiku...



No comments:

Post a Comment