Friday 30 September 2011

Cinta seorang Ibu


Semua manusia pastinya terlahir dari seorang wanita,itu sangat jelas!

“Akupun dan kalian pasti mempunyai cerita yang hampir sama,lahir dari seorang wanita yang kita sebut”Ibu”.

Demikian juga denganku,ibuku biasa aku memanggilnya”mamah”,mungkin teman teman yang lain berbeda walau mungkin saja ada yang sama denganku.

Kalau mendengar cerita ibuku sewaktu kecil,entah dari adik ibuku atau orang-orang yang mengetahui masa kecil ibuku,mungkin aku “duplikat” semua sifat dan karakter beliau.

“Bagaimana tidak,sesuai pepatah : Buah tak akan jauh dari pohonnya.”

Mungkin saja ada benarnya,walau belum pernah ada penelitian ilmiah yang menjelaskan pepatah tersebut.Tetapi kalau penelitian tentang “genetika” yang menjelaskan bahwa beberapa anak memiliki genetika ibu dan ayahnya pasti bisa diterima.

Dan sepertinya,gen ibuku terbawa lebih banyak kepadaku.

Sepertinya loh ya,karena aku belum pernah meneliti juga kok.

“Yang jelas,ibuku terlahir dari suku jawa tulen karena kakek dan nenekku “Jogja” asli gak pake palsu”

Tapi anehnya,ibuku kalau menurutku gak jawa banget,biasanya kan kalau orang jawa lemah lembut dan bersuara halus,ini semua tidak ada dalam pribadi ibuku.

Ibuku seorang yang berkarakter kalau menurutku,cuek tapi keras kepala,berbeda dengan ayahku.
Kalau berbicara lantang pantes aja murid muridnya pada takut kalau denger suara ibuku,tapi anehnya semua muridnya pasti inget ma ibuku,biar galak tapi ibuku penyayang loh hehehe
Dan yang jelas ibuku pemberontak seperti aku hehehehe

Maksudnya bukan yang suka demo demo gitu,ibuku bukan orang yang penurut,karena sewaktu kecil aku pernah mendapat cerita tentang masa kecil ibuku kalau dahulu ibuku sempat disuruh berhenti sekolah oleh kakekku,karena kakekku bukan seorang yang mampu menyekolahkan anaknya yang banyak pada saat itu.Karena pada jaman itu wanita masih dianggap sebelah mata,karena anggapan orang tua jaman itu “ngapain sekolah tinggi tinggi,toh nantinya juga ke dapur juga.”
Karena anggapan seperti itu yang masih dipegang kakekku. Sebenarnya kakekku cukup moderat kalau dipikir,karena sewaktu ibuku memilih melanjutkan sekolah kakekku mengijinkan walau sedikit keberatan,mungkin keberatan biaya saja.Akhirnya,ibuku diijinkan sekolah dengan syarat,karena ibuku memaksa dan pihak sekolah tempat ibuku belajar datang menghadap kakekku dan memberi sedikit gambaran tentang sekolah.Maklum saja,kakekku sepertinya hanya bisa membaca dan menulis tapi tidak bersekolah makanya perlu penjelasan.

Ibuku seorang yang gigih kalau menurutku,seperti waktu memilih bersekolahpun bukan suatu yang mudah buat ibuku yang terlahir dari keluarga yang sangat sederhana,buat kakek dan nenekku mungkin bisa makan dan terus hidup saja sudah lebih dari cukup,bermimpi lebih sepertinya mereka takut.Tapi tidak dengan ibuku,sepertinya ibuku punya pemikiran yang lain dan hebatnya ibuku membuktikan dan membuat nyata semuanya itu.

Itulah hebatnya Ibuku,

Menurut ceritanya lagi,setelah lulus sekolah ibuku meminta ijin untuk pergi mengajar keluar pulau jawa,ke palembang lebih tepatnya.Dan pastinya aku sudah bisa membayangkan almarhum kakek dan nenekku pasti melarang dan berkata,”tidak baik seorang perempuan pergi merantau lebih baik menikah saja”mungkin kurang lebihnya seperti itu,dan bayanganku pastinya ibuku menolak mentah mentah perintah tersebut.

Akhirnya,ibuku pergi ke palembang juga saat itu untuk menunaikan tugasnya hingga 2 tahun dan entahlah bagaimana caranya sampai akhirnyamendapatkan ijin tersebut aku tak tahu cerita detailnya.

Yang jelas,aku belajar banyak dari seorang ibu terlebih ibuku,bagaimana tetap bisa terbang sesuai sayap kita dan ketika kita turun kita berada ditempat yang memang kita inginkan,semoga.

Ibuku memang bukan seorang ibu yang manis yang selalu menuruti semua keinginan anaknya,terkadang ibuku malah terkesan cuek tapi itu malah membuat kami menjadi pribadi yang mandiri,karena tidak semua kebutuhan kami selalu dibantu.Terkadang kami harus menyiapkan semua sendiri dan membiarkan kami akhirnya belajar membuat keputusan sendiri,
Walau kenyataannya tetap saja ada intervensi orangtua terhadap anaknya dan itu lumrah saja sebatas wacana dan arahan yang menuntun kami.
 
Jiwa petualang tampaknya muncul dari ibuku,makanya sepertinya menurun pada diriku.

Memangnya itu turunan yah????

Gak tau juga sih,yang jelas ibuku kalau diajak bepergian”acc” terus tuh.
Cuma “cerewet” nya itu juga gak nahan persis juga kayak aku,makanya aku bilang “duplikat” beda banget dengan ayahku yang kalem,halus perasaannya,dan gak “neko neko” kalau orang jawa bilang sih.

Tapi yang jelas aku belajar dari ibuku,bagaimana menjadi perempuan yang kuat dalam berprinsip dan perempuan yang tidak hanya menjadi pendamping tapi penyeimbang.

Ibuku juga mengajarkan kemandirian dibalik sikap cueknya dan itu membuat kami terbantu dalam pembentukan pribadi kami setelah dewasa.Setelah kami mendapat cinta yang luar biasa dari ayahku,akupun mendapat figur ibu yang mandiri dan berkarakter.

Yang jelas kami mendapatkan dan belajar tentang sebuah “kebebasan” dari seorang ibuku,bagaimana ibuku membiarkan kami menerima semua konsekuensi dari setiap keputusan yang kami ambil dan ibuku bisa menerima semua itu.

Ibuku begitu luar biasa....

Kasih sayang yang diberikannya memang “berbeda” tapi kami juga bisa merasakan bentuk lain dari “cinta”.

Tidak hanya satu bentuk “cinta” yang kami terima tapi bentuk lain dari “cinta” yang artinya tetap “cinta”.

“Cinta seorang Ibu pada kami anaknya...”

Bagaimana ibuku mengandung kami dengan semua beban yang harus dibawanya selama  9 bulan kurang lebihnya,dan merasakan semua rasa tidak nyaman selama mengandung kami,mungkin tidak bisa tidur dengan posisi nyaman dan semaunya,selalu mempertimbangkan kami.

Dan ketika waktunya bersalin pun,bukan sebuah hal yang mudah buat ibuku,karena harus berjuang melawan rasa sakit yang harus diterima dari sebuah konsekuensi memilih menerimaku.Bagaimana ibuku memperjuangkan kami untuk bisa terlahir dengan selamat dan merasakan kehidupan pertama kami,walau mungkin taruhannya sebuah “nyawa”.

Rasanya kalau aku berpikir itu semua,betapa kami sebagai anak belumlah bisa membalas semua jasa itu dengan sesuai.
Apalagi kalau mengingat tingkah lakuku dan apa yang pernah kami lakukan yang mungkin secara sadar atau tidar sadar seringkali menyakiti perasaan beliau.
Sepertinya,ibuku tak pernah menyimpan “dendam” atas semua perlakuan kami yang mungkin kurang berkenan.
Terlebih aku yang sering meprotes dan melawan....tapi aku punya alasan untuk beberapa hal.
Yang jelas ibuku memberikan cintanya dalam arti yang lain,dan itu menyeimbangkan kami melihat bentuk “cinta” yang berbeda.

TERIMA KASIH IBUKU SAYANG.....

Hanya kata kata ini yang bisa kami ucapkan terlebih aku,karena untuk membalasnya tak akan pernah cukup angka yang tertulis ,dan semoga diwaktuku yang tersisa ini,kami telah menjadi anakmu yang membuatmu selalu tersenyum melihat kami dan tak akan pernah merasa sia sia telah memperjuangkan kami terlahir di dunia ini,semoga....

Love you always....

(Didedikasikan kepada semua ibu terlebih ibuku sayang,terimakasih tak terhingga atas semua perjuangan yang telah beliau lakukan selama ini hingga kami bisa menjadi “manusia cinta” semoga kalian semua selalu dilimpahi berkat tak terhingga karena telah mempersilahkan kami terlahir dengan cinta.....)

“Tulisan ini tidaklah cukup melukiskan semua cerita tentang dirimu,tapi hanya salah satu bentuk kasih sayang yang tak bisa kami ungkapkan selama ini....”

No comments:

Post a Comment