Friday 30 September 2011

Cinta seorang Ayah


Beliau adalah lelaki pujaan hatiku....

Dari beliaulah aku mempunyai figur seorang lelaki,dan pastinya  aku tak akan salah berkiblat.

Mungkin aku tak akan pernah ingat ketika aku masih dalam kandungan ibuku dan sampai usiaku 2 tahun karena beliau sempat bertugas di luar pulau,tetapi itu semua tidak mengurangi rasa sayangnya pada kami.

“Dialah ayahanda tercintaku...”

Sampai usiaku melebihi 30 tahun pun aku masih bisa ingat semua rasa sayang dan cinta yang sudah aku terima dari beliau,walaupun terkadang berlebihan hehehehe

Tapi aku masih ingat sekali ketika aku protes padanya karena terlalu memberikan rasa sayang yang mungkin aku dapatkan lebih dari cukup,dan kalian tahu apa jawaban beliau?

“Kalian  tetaplah anak kecilku,walaupun mungkin usia kalian tidak muda lagi,”jawaban itu yang sempat membuatku terenyuh mendengarnya dan kalau aku tidak malu saat itu,rasanya ingin sekali air mata ini menetes membasahi kedua pipiku,tapi tidak saat itu.

Ya,buat beliau aku memang putri kecilnya dan akan selalu seperti itu pastinya,walau aku mempunyai pandangan lain tapi buatku aku menghargai apapun yang menjadi pemikirannya.

“Toh,buatku anggapan atau pemikiran apapun tentang kami nyatanya kami memang putra putri kecilnya dan begitu banyak cinta yang kami dapatkan hingga saat ini,walau kenyataan seringkali kami yang mengecewakan beliau.”

Terlalu banyak cinta yang telah beliau berikan dan kami rasakan hingga saat ini dan kalau aku harus menghitungnya,rasanya tak akan cukup angka yang tersedia bisa menjumlahkannya.

“Bagaimana bisa sebuah angka mengganti itu semua,rasanya mustahil...”

“Masih kuingat semua cerita masa kecilku mulai dari kami belajar berjalan,berkata,atau apapun yang pernah kami lakukan dalam proses kami menjadi seorang manusia,apa yang telah beliau lakukan dalam mendidik kami dan membuat pondasi dasar yang nantinya menjadi awal pembentukan pribadi kami setelah “dewasa”.Dan itu yang menjadi tonggak awal kami sebagai manusia”

Sampai saat inipun masih teringat semua belaian dan kecupan sayang beliau pada kami hingga sekarang kami dewasapun masih bisa aku rasakan,betapa luar biasa cinta seorang “ayah”.

“Bagaimana ketika kami kecil begitu senangnya mendengar mendongeng cerita tentang”kancil yang mencuri ketimuan” dan versi kancil yang lainnya dan saat itu adalah saat yang sering kami tunggu.Ya,kami begitu menunggu saat mendongang itu dan biasanya akan beliau lakukan saat kami hendak tidur dan biasanya kami me”request” suatu cerita dan beliau tak pernah sedikitpun keberatan untuk melakukannya.

Padahal dongengnya juga tak pernah jauh berbeda  hari dan hari tapi buat kami sangat menyenangkan,terlebih ayah kami begitu pintar dalam menceritakan dongeng tersebut sehingga kami selalu menantinya,karena membuat kami berkesan.Bagaimana ketika beliau mulai mendongeng kami seperti diajak berimajinasi dengan ceritanya,padahal beliau mendngeng tak pernah menggunakan panduan buku atau apapun,murni sebuah dongeng hapalan sepertinya atau mungkin karangan?

Yang terpenting buat kami terlebih aku,aktivitas itu membuatku senang dengan cerita dan akhirnya menyukai cerita,apapun itu.Dan akhirnya membuat “komitmen”dalam diriku sendiri bahwa suatu saat ketika nanti aku menjadi seorang ibu,aktivitas ini akan aku teruskan sehingga nantinya hal ini pun bisa terus berlanjut hingga keturunan kami,semoga....

“Ayahku lah yang membuat kami seperti ini,cintanya lah yang membuat kami bisa menjadi “manusia cinta”

“Menuliskan ini semua tak akan cukup kata yang bisa menuangkan semua kenangan dan memori sewaktu kami kecil”

Ayahku seringkali bercerita tentang masa lalunya dan masa kecilnya,bagaimana ayah kecilku dahulu memulai kehidupannya.

“Perlu kalian ketahui,ayahku lahir sebagai anak yatim dan ketika berumur 2 tahun menjadi piatu jadi ayahku besar sebagai anak yatim piatu.”

Terkadang aku sering bertanya dalam hati kecilku,bagaimana seorang anak yatim piatu bisa memberikan cinta yang luar biasa,padahal ia sendiri mungkin tak pernah mendapatkan itu semua.

Sampai aku menuliskan cerita ini pun,airmataku keluar tanpa perintah saat membayangkannya.
Dan kalau aku teringat cerita beliau tentang masa lalunya yang begitu miris,membuat aku sering malu pada diriku sendiri.Bagaimana aku yang sering menyakiti hati beliau dengan semua tingkah lakuku dan semua perlawanananku,tapi beliau tetap menyayangiku bahkan masih tetap menganggap “anak kecilnya”.

Mungkin dengan mengangap aku anak kecilnya,beliau terhibur karena mungkin ketika aku masih kecil,aku begitu tampak manis dan lucunya tidak seperti sekarang(mungkin juga ya).

“Sebenarnya aku sayang ayahku,tapi memang mungkin begitulah seorang anak,akan terus berproses sampai ia menemukan jati dirinya sendiri.Yang pasti aku menyayangimu ayahku tersayang dengan seluruh hatiku dan semoga setulus dirimu yang sudah memberikan semua cintamu pada diri kami.

“Hanya rasa terimakasih yang bisa aku tuliskan dan ucapkan atas semua pemberian cintamu.”
Ayahku tersayang,engkaulah yang membentuk diriku pada awal pembentukan pribadi kami sehingga kami bis mempunyai pondasi yang kuat sebagai individu dan semoga bukan egoentris.Dan ketika kami dewasa,kami siap berhadapan dengan segala kondisi kehidupan yang kami temui dan kami alami.

Engkaulah yang memberikan pondasi cinta yang berakar kuat kedalam sehingga itu yang akan menjadi penyangga kehidupan kami,walau begitu banyak badai kehidupan semoga kami tetap teguh berpegang pada semua cinta yang telah kau tanamkan dalam diri kami,

“Terima kasih ayah...”

Walau engkau tak pernah mendapatkan cinta yang cukup tapi engkau memberikan cinta yang lebih dari cukup pada kami bahkan “luar biasa”.

Walaupun kami seringkali mengecewakanmu tapi engkau selalu menerima kami apa adanya kami,karena kami tetap “anak kecilmu”.

Walaupun sering kami memprotes semua intervensi yang kami rasa tidak sesuai,tetapi engkau tetap berlapang dada dan tetap mengangap kami”anak kecilmu”.

Rasanya tulisan inipun tak pernah bisa melukiskan dirimu dan semua kebaikan yang telah kami dapatkan dari seorang ayah “yang luar biasa”.

Kalaupun orang menilai aku terlalu berlebihan memujamu,buatku itu semua seimbang dengan rasa cinta yang telah aku dapatkan.Jadi buatku,tak ada salahnya aku memujamu “ayah”.

Seorang anak laki laki yatim piatu yang telah memberikan cintanya yang begitu luar biasa bagi kami,padahal ia sendiri tak pernah mendapatkan rasa cinta yang cukup,tapi ia mengganti apa yang tak pernah didapatkannya dengan memberikannya lebih dari cukup.

“Semoga kami selalu bisa membuatmu merasa bahagia telah memiliki kami,seperti kamipun begitu bahagia telah memilikimu sampai saat ini.”

Walau kami belum bisa membahagiakan dirimu terlebih aku yang belum bisa memberikan sebuah “mimpi” yang selalu engkau ungkapkan kepadaku.

Walaupun “mimpimu” bukanlah sebuah mimpi yang tinggi,hanya patner hidupku kelak.

Tapi aku mau “mimpimu” itu terpenuhi dengan sebuah senyuman,karena bukan sebuah pilihan yang salah yang aku buat tapi bisa aku pertanggung jawabkan padamu’Ayahku sayang’.

Seumur hidupku ini,yang kurasakan hanyalah “cinta”,dan semoga yang kami berikan terlebih aku sebuah “cinta” yang tulus.

“TERIMA KASIH AYAH TERCINTA ATAS SEMUA CINTA YANG TELAH KAMI RASAKAN DAN TERIMA SAMPAI SAAT INI”

Tangisku tak akan pernah cukup untuk semua pemberianmu...

(Untuk semua “Ayah” yang telah memberikan cintanya pada anak anaknya,terlebih ayahandaku tersayang.....Terimakasih tak terhingga dari lubuk hatiku yang paling dalam,walau sulit untuk terucap semoga ketulusan yang membuat aku sanggup menuliskannya)

Amien......love you

“Tulisan ini tak akan pernah cukup melukiskan semua cerita tentang dirimu...tapi ini salah satu bentuk kasih sayang kami yang tak bisa kami ungkapkan...”

                                                    

No comments:

Post a Comment