Saturday 5 November 2022

Mencintai Diri (Self Love)

Self Love atau mencintai diri,akhir -akhir ini sering muncul dibeberapa media sosial.Aku sendiri kurang paham maksudnya dalam artian mengetahui dengan baik apa yg dimaksud dengan hal ini...

Sampai akhirnya aku kembali beristirahat untuk kesekian kalinya di rumah.Kata-kata ini sering aku dengar langsung terutama adik perempuanku,kalau aku sudah terkapar sakit. Dan aku hanya tersenyum mencoba memahami kata ini dengan baik,sampai hari ini aku akhirnya bisa memahami apa yg dimaksud dengan self love.

Ya...mencintai diri sendiri dalam arti yang sesungguhnya adalah bagaimana kita bisa mendengarkan suara dalam diri kita sendiri entah istilahnya suara hati atau apapun itu namanya.Suara itu selalu akan menemani kita karena memang itulah sebenarnya diri kita. Banyak hal yang disampaikan oleh suara itu untuk kita bisa semakin kenal dengan diri kita sendiri. Aku sendiri saja contohnya,orang mungkin mengenal aku sebagai sosok yang baik atau mungkin sebaliknya. Tapi aku yang sebenarnya itu adalah sosok aku yang apa adanya tanpa semua topeng yang aku pakai.

Setiap orang mempunyai alasan yang melatarbelakangi sosok atau kepribadian seseorang saat dewasa. Saat dia bertumbuh ada banyak hal yang akan berkontribusi membentuk diri saat dewasa. Aku salah satunya, sebagai anak perempuan pertama yang mempunyai dua orang adik sejak kecil aku sudah didoktrin oleh ayahku terlebih bahwa seorang kakak adalah role model yang akan di tiru oleh adik adiknya,dalam arti aku yang akan menjadi contoh atau dasar adikku bertumbuh. Tidak salah dengan apa yang disampaikan oleh ayahku sebagai orangtua, tapi hal tersebut yang membuat aku mempunyai tanggung jawab bagaimana sosok kakak yang bisa menjadi panutan atau contoh kalau mungkin diperlukan adalah pengorbanan diri. Aku yang terlahir dari keluarga sederhana dan sebagai anak pertama dan memiliki daya pikir yang lumayan encer,sejak lahir sepertinya aku anak yang sangat diinginkan karena tak ada ingatan aku kecil yang mengecewakan hanya ketika aku sekali waktu menangis meminta dibelikan sebuah boneka, itu saja lainnya hal yg baik karena sejak kecil aku terbiasa mendapatkan banyak perhatian karena sejak kecil aku sepertinya anak yang menggemaskan. Sejak TK hingga SD aku sering mengikuti kompetisi mulai dari baca puisi,lomba cerdas cermat antar SD hingga kabupaten,dan prestasi akademik yang lumayan. Semua hal yang aku bisa lakukan aku pasti ikuti. Dan ini awal cikal keegoisan aku.

Semenjak kecil aku memang tampak sebagai anak yang cukup percaya diri,mempunyai rasa ingin tahu yg ckup tinggi,senang membaca dan senang menanyakan apapun. Sampai ada saatnya aku mulai puber dan ada satu kejadian yang aku ingat terkait lawan jenis, doktrin orangtuaku adalah pendidikan adalaj hal yang utama terlebih aku adalah contoh dalam keluarga. Jadi aku selama sekolah tidak pernah berpaçaran tapi menyukai lawan jenis secara diam-diam. Karena takut orangtuaku marah.Dan ada kejadian dimana aku pernah menjadi korban pelecehan seksual oleh saudara teman sebayaku yanģ merupakan tetangga komplekku.Dan ini yang membuat aku agak sulit didekati oleh lawan jenis dan menjadi cikal bakal ketakutanku dengan lawan jenis.

Berjalannya waktu ketika aku semakin dewasa dan mulai menentukan akan kemana aku meĺanjutkan pendidikanku,disini kembali orangtuaku terlebih ibuku menciptakan doktrin yang tidak salah juga,tapi bukan keputusanku bisa jadi ini obsesi beliau dengan alasan lebih gampang nanti cari kerjanya, kalau ayahku lebih ke hal finansial saja. Jadi aku mengikuti anjuran beliau untuk melanjutkan sekolah kesehatan dan obsesi ibuku adalah aku menjadi seorang tenaga kesehatan. Aku tidak menyalahkan untuk hal ini karena toh ada alasannya. Sampai keinginan orangtua kami untuk aku menjadi PNS, tapi hal ini tidak aku turuti, karena saat dewasa aku mulai mencari jati diriku sendiri. Apa yang aku inginkan sebenarnya,apa yang ingin aku lakukan,apa yang ingin aku ketahui dengan diri aku sendiri dan apa tujuan hidupku sendiri?

Saat itu aku mencari hal tersebut dan pertama kali dalam hidupkua ketika aku berani membuat keputusan untuk diri sendiri adalah ketika memutuskan untuk tidak menjadi istri seseorang saat usiaku msh 22 tahun dan tidak menjadi PNS, ini adalah awal aku mencari diri aku yang sesungguhnya, bukan proyeksi atau mungkin obsesi orang lain.Selama ini aku berusaha membahagiakan kedua orangtuaku atau orang terdekatku dengan menjadi apa yang inginkan atau harapkan dengan diriku. Tapi ternyata tidak akan cukup kebahagiaan itu akan tercapai,karena aku berusaha memenuhi kebutuhan orang lain bukan kebutuhan diriku sendiri. Betapa lelahnya diri ini kalau dipikir². Dan banyak mungkin yang melakukan apa yang aku lakukan,karena manusiawi ada peran yang dijalani oleh kita semua. Dan diri kita sering tidak disiapkan dengan kondisi atau perasaan kecewa atau mengecewakan, karena tabu bila sampai kita mengecewakan orang lain atau bahkan orang terdekat dan kita sayangi. Bentuk balas jasa atau bakti terhadap yang kita hormati seringkali mengorbankan apa yang kita inginkan sebenarnya. Dan tidaķ salah jika semua hal itu kita sadari. 

Yang menjadi permenungan aku hari ini adalah ketika kita memberikan banyak cinta dan pengorbanan untuk hal diluar diri baik itu atas nama orangtua,orang terkasih atau orang tak dikenal sekalipun, apakah yang kita berikan pada diri kita sendiri?

Ketika beberapa kali aku terkapar sakit karena berusaha menjadi anak yang baik atau teman yang baik atau kebaikan lainnya. Diri kita meminta hal yang sama yang ingin diterimanya,perasaan dicintai,diterima sebagai apa adanya diri ini dengan semùa kelemahan dan kelebihannya. Dan aku paham untuk lebih mencintai diri kita sendiri dengan tidak mengabaikan diri bahkan inner child kita yang mungkin terlupakan,saat kita berusaha menjadi yang terbaik untuk memenuhin keinginan hal yang ada diluar diri.

Terima kasih sudah mengingatkan aku dan membantu aku menemukan diri aku sendiri yang ingin aku cintai. Love me....


No comments:

Post a Comment