Friday 21 October 2016

wanita...

Wanita....
Entah kondisi apa yang sebenarnya terjadi dengan wanita di negara kita, banyak hal yang begitu kompleks terjadi dengan seorang wanita. Mulai dari tanggung jawab, proses reproduksi seorang perempuan yang sangat unik dan keadaan atau budaya yang sering kali membuat wanita lebih banyak disudutkan atau malah tersudutkan.

Kenapa aku bisa berkata seperti ini, karena aku tahu dan merasakan bagaimana ketika kita berada dalam keadaan tersebut.

Contohnya saja adalah budaya yang paling sering terjadi. Ketika seorang wanita dilahirkan saja, ada beberapa budaya yang menganggap bahwa ketika seorang ibu melahirkan seorang anak perempuan, ada yang mengganggap anak perempuan sebagai modal. Karena ketika nanti anak beranjak dewasa mereka bisa menikahkan anak mereka dengan pesta bahkan mungkin ada yang meriah sehingga ada banyak uang yang disumbang kepada si penggelar pesta, walau buat saya pribadi itu hal yang aneh. Tapi itu sangat nyata terjadi, apalagi kebanyakan budaya yang berlaku di negara kita yang menikahkan itu pihak wanita. Aku tidak bisa berdebat dengan hal tersebut karena itu hal yang sudah terjadi dan diyakini oleh banyak orang, jadi ya sudahlah.

Itu baru beberapa hal yang memang terjadi di negara kita dan budaya kita. Walaupun mungkin kata emansipasi itu seringkali didengungkan, tapi buat saya sendiri apa itu emansipasi ketika itu semua hanya sebuah kata yang dilematis. Bagaimana tidak dilematis, ketika wanita tidak bisa berkata apa yang ingin dikatakannya atau bisa tetapi dengan syarat tidak tertulis oleh norma dan diamini oleh banyak orang.

Betapa menyedihkannya ketika orang tidak bisa berkata apa yang sesungguhnya ingin dikatakannya, tapi aku bisa mengerti kenapa itu semua bisa terjadi. Ketika sedari kecil kita dididik untuk tidak mengatakan apa yang kita inginkan dan tidak sopan ketika kita berkata yang berlawanan dengan apa yang dikatakan oleh orang tua kita. Bukankah seperti itu yang memang di doktrinkan oleh budaya dan norma yang berlaku. Jadi ya sedari kecil kita sudah di design untuk berpikir seperti itu. Untunglah ayah dan ibuku tidak mendidik dengan hal yang terlaku kaku, mereka tetap bisa mendidik aku dengan sebuah kesantunan tetapi aku tetap bisa bersuara walau mungkin tidak semua harus aku suarakan.

Hal yang aku sering sedihkan adalah ketika seorang wanita tidak bisa berdaya dengan dirinya sendiri. Maksudnya seperti apa?

Aku pernah dinas di daerah dan kebetulan aku berhubungan dengan hal kesehatan, seringkali ketika seorang wanita melahirkan dan butuh rujukan ke kota yang fasilitas lebih lengkap, mereka harus berjibaku dengan rundingan dan terpaksa menurut dengan keputusan orang lain bukan dirinya sendiri ketika harus terkait dengan keuangan atau norma. Padahal kita punya hak untuk menentukan semuanya ketika kita tidak bergantung sepenuhnya dengan orang lain semisal suami atau keluarga. Tapi kenyataannya adalah budaya kita kebanyakan mengganggap wanita seharusnya dirumah, tidak bekerja dan mengurus anak saja. Padahal anak tidak hanya menjadi tanggung jawab seorang wanita saja.

Aku termasuk seorang anak yang berhasil dididik oleh ibu yang bekerja,dan ibuku tidak berkontribusi sendiri saja tapi kontribusi ayahku sangatlah besar. Malah ayahku mempunyai dominasi yang besar dalam membuat doktrin dalam hidupku. Ayahkulah yang mengajarkan sebuah keterbukaan selain ibuku, kami terbiasa berdiskusi dengan banyak hal mulai dari kami kecil. Jadi aku sedikit tertawa geli, ketika ada anak yang mempunyai kebiasaan tidak baik atau nakal yang disalahkan seorang wanita, buatku ini tidaklah adil!

Banyak hal yang membuat wanita tidak bisa memutuskan sesuatu untuk dirinya sendiri, semisal KB (keluarga berencana), masih banyak wanita yang tidak bisa merencanakan tentang keluarganya sendiri, semua ditentukan oleh suami atau ibu atau ayahnya.

Buatku agak sedikit aneh, tapi sekali lagi itu kenyataan, dan kalau dibahas tidak akan selesai karena sudut pandang dan pemikiran kita mungkin berbeda.

Yang sangat ingin aku lihat adalah bahwa wanita bukanlah sebuah slogan atau hanya pajangan dalam keluarga yang tidak bisa berkontribusi dalam hidup keluarganya atau malah dalam dirinya sendiri. Wanita mempunyai kontribusi dalam kehidupan keluarga terlebih dirinya sendiri. Karena itu bagian dari penghargaan diri.

Betapa tersanjungnya seorang wanita yang mendapatkan seorang pendamping yang bisa menghargainya sebagai pendamping yang sepadan,sehingga ia selalu melibatkan pendamping hidupnya bukan hanya sekedar pemuas nafsu atau hanya menjadi pajangan cantik yang tidak dapat memberi dan menambah warna dalam kehidupannya. Maaf tulisan ini mungkin tidak mencerminkan semuanya,karena masih banyak lelaki yang berlaku seperti ayahku dan menghargai wanita benar-benar sebagai wanita yang seharusnya,dan wanitanya juga memang wanita yang seharusnya pantas untuk dihargai. Dibalik sebuah keluarga yang penuh cinta,semua mempunyai kontribusi,terlebih seorang wanita.Jadilah wanita berharga yang memang pantas untuk dihargai.

No comments:

Post a Comment